Para ilmuwan memprediksikan, suhu bumi dalam abad ini akan meningkat antara 1, 8 hingga 3 derajat Celcius akibat emisi gas, utamanya dari pembakaran fosil. Kondisi ini menurut para ilmuwan, akan memicu bencana banjir dan kelaparan yang mengancam kehidupan jutaan umat manusia.
Organisasi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengungkapkan, tahun 2080 lebih dari 3, 2 milyar manusia-sepertiga dari total populasi bumi-akan mengalami kekurangan air, lebih dari 600 juta manusia akan mengalami kelaparan dan lebih dari 7 juta penduduk bumi yang tinggal di dekat pesisir pantai akan mengalami kebanjiran.
"Bahkan perkiraan yang ada sekarang, yang dibuat sejak 10 tahun lalu, memprediksikan bahwa ratusan juta penduduk manusia akan mengungsi karena rumah-rumah mereka terendam air, mengalami kekeringan dan kelaparan akibat perubahan cuaca, " demikian laporan IPCC.
Perkiraan serupa juga dilaporkan lembaga sosial Christian Aid. Dalam laporannya, lembaga itu menyatakan bahwa dalam empat dekade ke depan, sedikitnya 1 milyar penduduk bumi dengan terpaksa harus mengungsi.
"Kami meyakini, imigrasi semacam ini sekarang menjadi ancaman yang paling mendesak, yang akan dihadapi masyarakat miskin di negara-negara berkembang, " kata John Davison dalam laporannya yang berjudul "Human Tide: the Real Migration Crisis. "
"Kami memperkirakan, dalam beberapa tahun, antara tahun ini sampai 2050, sebanyak 1 milyar orang akan mengungsi dari tempat tinggalnya sekarang. Dampak dari perubahan iklim sangat dahsyat, " tambah Davison.
Menurut laporan tersebut, jumlah penduduk dunia yang akan mengungsi akibat perubahan iklim ini, hampir sama dengan jumlah pengungsi pasca Perang Dunia II. Jumlah pengungsi ini bisa diminimalkan, jika segera diambil tindakan untuk mengatasi masalah perubahan iklim global.
Terkait dengan isu perubahan iklim global, organisasi lingkungan hidup World Wildlife Fund (WWF) pada pekan kemarin, menuding AS sebagai negara yang menjadi musuh nomor satu bagi iklim dunia akibat penggunaan energi bagi industri dan kekuatan militernya. AS juga dituduh telah mengabaikan fakta keilmuan untuk mengantisipasi isu pemanasan global.
Laporan Christian Aid menyebutkan, selain pemanasan global yang akan menyebabkan migrasi sekitar 250 juta penduduk dunia, proyek-proyek pembangunan juga akan memicu 645 juta umat manusia untuk bermigrasi.
Saat ini, ada sekitar 163 juta orang di dunia yang telah bermigrasi karena sejumlah faktor antara lain konflik, kekeringan dan banjir serta proyek-proyek pembangunan ekonomi seperti waduk-waduk, pertanian dan tempat-tempat tinggal yang dibangun dengan menggunakan batang kayu.
Para pakar keamanan mengkhawatirkan migrasi secara terpaksa ini akan memicu konflik lebih jauh lagi dan menimbulkan konflik-konflik baru di tempat-tempat yang minim sumber daya alamnya.
Lebih lanjut Christian Aid mengatakan, para pengungsi ini kemungkinan akan melintasi batas negara, sementara jutaan penduduk lainnya yang tidak mampu ke luar negaranya akan tetap tidak terlihat bagi orang luar.
"Secara internal mereka orang-orang yang mengungsi, tidak punya hak di bawah undang-undang hukum internasional dan tidak punya suara resmi. Mereka hidup dalam kondisi keputusasaan dan dalam banyak kasus mereka hidup di tengah bahaya, " tulis laporan itu. (ln/iol)