FIFA tengah membahas masalah penggunaan jilbab bagi pemain sepak bola wanita yang ikut bertanding dalam event internasional. Hal ini berawal dari kasus penggunaan jilbab seorang pemain bola wanita telah memunculkan perbincangan heboh di Kanada.
Kasus ini sampai melibatkan pejabat Quebec, dan bahkan sejumlah petinggi sepak bola di lokasi itu menuntut FIFA untuk memberi batasan resmi soal jilbab dalam olah raga paling digandrungi masyarakat dunia ini.
Perbincangan seru tentang jilbab di lapangan hijau mulai terjadi ketika salah seorang pemain bola bernama Asmahan Mansour (11), remaja asal Kanada, dikeluarkan dari lapangan, karena menolak melepaskan jilbabnya saat bertanding.
Menurut harian Lo Journal Du Montreal yang terbit di Kanada (27/2), masalah ini menjadi panas saat Jean Charest kepala kementerian Quebec Kanada berbicara dan mendukung keputusan wasit pertandingan yang menghentikan pemain berjilbab. Menurut Charest, “Hakim melakukan tindakan yang benar, karena dia ingin menerapkan peraturan permainan dengan serius. ”
Namun demikian kasus penghentian itu, dibantah oleh pelatih Asmahan yang bernama Louis Maneiro. Ia menyatakan menolak keputusan hakim dan bahkan tindakan protes itu juga didukung sejumlah tim lain yang merasa toleran dengan apa yang dilakukan oleh pelatih Asmahan, dan menganggap bahwa keputusan wasit adalah pelanggaran terhadap HAM.
“Wasit hanya melihat bahwa saya wanita Muslimah berjilbab. Karena itu saya tidak berhak ikut serta dalam dunia sepak bola selama tidak melepas jilbab di setiap pertandingan, ” ujar Asmahan.
Di sisi lain, Maneiro mengatakan tidak ada peraturan resmi dari FIFA yang melarang penggunaan jilbab saat pertandigan. Ia menjelaskan pelarangan hanya disebutkan dalam peraturan seperti larangan menggunakan perhiasan apapun, gelang, atau materi tertentu seperti kaca mata yang bisa membahayakan.
“Jika ada peraturan resmi bahwa wanita berjilbab terlarang main dalam pertandingan FIFA, niscaya tidak akan pula ada pertandingan sepak bola perempuan di negara-negara Islam, yang pasti melibatkan kaum perempuan berjilbab di lapangan, ” tambahnya. (na-str/iol)