Pelecehan Terhadap Muslim Beresiko Memicu Pemberontakan di Ethiopia

Pelecehan Terhadap Muslim Beresiko Memicu Pemberontakan di Ethiopia

Kebijakan tangan besi Perdana Menteri Ethiopia Meles Zenawi dan pelecehan terhadap minoritas Muslim di negara itu telah memicu radikalisasi di Etiopia dan risiko terjadinya pemberontakan sipil di negara tersebut, analis mengatakan.

“Dengan memperhatikan tuntutan para pengunjuk rasa maka dapat mengatasi masalah tersebut,” kata Hassen Hussein, seorang aktivis hak asasi manusia dan asisten profesor kepemimpinan dan manajemen di St Mary University of Minnesota, The Washington Times melaporkan pada Rabu kemarin (25/7).

Aksi protes telah mengguncang Ethiopia selama beberapa minggu terakhir terkait atas campur tangan pemerintah dalam urusan agama umat Islam Ethiopia.

Pekan lalu, empat Muslim tewas ketika polisi Ethiopia menyerbu sebuah masjid di ibukota Addis Ababa.

Polisi juga berusaha menyerbu Masjid Anwar di barat ibukota pada hari Sabtu lalu, mendorong umat Islam untuk berkumpul untuk memblokir jalan masuk

Seminggu sebelumnya, sejumlah umat Islam ditangkap setelah melakukan aksi protes menentang campur tangan pemerintah dalam urusan agama mereka.

Pada bulan April, empat Muslim juga tewas dalam bentrokan dengan polisi di selatan Ethiopia sebagai protes atas penangkapan seorang pengkhotbah Muslim.

Muslim Ethiopia mengatakan pemerintah adalah ujung tombak kampanye yang bekerja sama dengan Dewan Tertinggi Urusan Islam untuk mengindoktrinasi komunitas mereka dengan ideologi dari sebuah sekte sesat yang disebut “Ahbash”.

Pemerintah Ethiopia di bawah kepemimpinan perdana menteri Meles Zenawi telah menempatkan Ahbash yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan umat Islam Ethiopia.

Muslim mengatakan langkah pemerintah merupakan pelanggaran terhadap konstitusi, yang mencegah campur tangan pemerintah dalam urusan agama.

Muslim juga menuduh Ahbash meluncurkan “Program indoktrinasi” di daerah mayoritas Muslim, memaksa orang untuk menghadiri kamp “pelatihan agama” atau beresiko diinterogasi polisi dan kemungkinan ditangkap.

Didirikan oleh ualam Ethiopia-Libanon Syaikh Abdullah al-Harari, Ahbash dipandang oleh Barat sebagai ajaran “alternatif ramah” di banding dengan ideologi Wahabi, yang Barat lihat sebagai ekstrim dan militan.

Muslim Ethiopia mengatakan ajaran Ahbashdibawa dari Libanon untuk mengisi Majlis dan mengajar Muslim Ethiopia bahwa “Wahabi” adalah orang kafir.

Para analis memperingatkan bahwa pelecehan pemerintah terhadap Muslim di negara itu berisiko memicu pemberontakan sipil di Ethiopia seperti yang terjadi di dunia Arab.

“Para pengunjuk rasa tahu bahwa mereka memiliki dukungan dari mayoritas penduduk dalam permintaan mereka terhadap kebebasan sipil dan kebebasan demokratis,” kata Hassan Hussein, seorang aktivis hak asasi manusia Ethiopia, kepada The Washington Times.(fq/oi)