eramuslim.com
Perpecahan umat Islam pada saat itu
Umat Islam Andalusia tidak berbeda dengan umat Islam lainnya di seluruh penjuru dunia. Mereka satu akidah, berpegang teguh pada mahzab Ahlussunnah Wal jamaah.
Oleh karena itu, ketika mereka sedang dalam keadaan menghadapi kesulitan dan penindasan, mereka meminta pertolongan kepada saudara-saudaranya sesama Muslim yang memiliki kekuatan untuk membantu mereka. Kerajaan Islam di Maroko dan Kekhalifahan Utsmaniyah menjadi dua kerajaan yang mereka kirimkan surat meminta bantuan.
Di antara isi surat yang mereka tuliskan kepada kedua kerajaan itu disebutkan dalam buku Himayah, sebagai berikut:
Salam sejahtera kami haturkan untuk yang mulia, dari seorang hamba yang tertindas di Andalusia, wilayah sebelah Barat bumi Maroko.
Dengan dikelilingi oleh lautan Roma yang membentang luas dan lautan raya yang dalam dan pekat.
Salam sejahtera untuk semua, dari seorang hamba yang terluka akibat bencana berat yang menimpa.
Kami dikhianati dan ditindas, agama kami diubah dengan paksa, kami dianiaya dengan keji dan kejam.
Namun, kami tetap berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, melawan tentara salib berdasarkan satu niat.
Saat kami membina perjanjian perdamaian, mereka malah mengkhianati dan melanggarnya.
Bukan sekali mereka melanggar perjanjian, bahkan sebelumnya berkali-kali mereka mengingkari dan menindas kami dengan kekerasan dan penganiayaan.
Mereka membakar kitab suci umat Islam dan mencampakkannya ke tempat-tempat sampah sehingga berbaur dengan najis.
Kitab suci yang kami jadikan sandaran dalam setiap urusan, mereka campakkan dengan keji dan zalim.
Kami dipaksa mencaci Nabi, dan dilarang untuk menyebut namanya, baik pada saat senggang maupun tertindas.
Kalau ada satu orang atau satu kelompok orang yang melantunkan namanya, bahaya siksa dan azab mengancam mereka.
Nama-nama kami diubah dengan nama yang tidak kami senangi. Sayang seribu sayang, mereka mengubah agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan agama anjing-anjing Romawi, makhluk terburuk di muka bumi.
Kami pun akan menjadi hamba sahaya yang tidak bertuan, menjadi umat Islam yang tidak bisa mengucapkan kalimat syahadatain.
Jika kedua bola mata insan menyaksikan, betapa kesulitan yang kami derita, ia akan mencurahkan hujan airmata.
Betapa pedih yang kami rasakan, menahan derita nestapa yang terus menyelimuti…..
Bersambung …(rol)