Seorang pelajar Ateis di Newton Masschucetts akhirnya boleh tidak mengikuti pelajaran yang mengharuskan dirinya membaca kutipan ayat-ayat yang ada dalam injil dalam pelajaran sastra, setelah ia menentang pembacaan ayat-ayat itu.
"Ini adalah firman Tuhan. Orang-orang mengambilnya secara harfiah," kata Jack Summers (15 tahun) seorang siswa tahun kedua kepada Daily News Tribune pada hari Kamis kemarin (17/12).
"Aku tidak mau membaca tentang apa yang mereka yakini benar."
Summer telah menolak untuk membaca teks ayat-ayat yang ada di injil hingga menyebabkan dirinya gagal di dua kuis pada subjek pelajaran sastra.
Ibunya akhirnya mengajukan keberatan kepada pejabat sekolah di Newton High School terhadap masalah tersebut, yang akhirnya pihak sekolah berjanji untuk tidak memaksakan hal itu kepada Summers. Jack Summers bahkan ditawarkan proyek akhir sekolah yang tidak termasuk pembacaan Injil.
"Jika Anda ingin membacanya di rumah Anda sendiri, itu sama sekali berbeda dibandingkan dengan mewajibkan membaca injil di sekolah," kata Summers.
"Anda dapat belajar tentang agama tanpa harus membaca kitab suci."
Kasus tersebut mendapat kritik dari para pendidik dan bahkan beberapa pemeluk ateis sendiri.
"Kami di sini tidak bertujuan mendorong adanya sebuah tradisi keagamaan," desak Brian Baron, kepala jurusan bahasa Inggris.
Dia membela bahwa sekolah menggunakan ayat-ayat injil sebagai bagian dari pelajaran akademik sastra.
Pada 1963, Mahkamah Agung AS telah mengizinkan penggunaan injil dan kitab agama lainnya untuk mempelajari sastra dan budaya, selama tidak digunakan untuk mendorong ataupun menganjurkan tradisi keagamaan.
Pembacaan injil diperkenalkan kepada siswa antara lain terhadap karya-karya sastra termasuk karya-karya Charles Dickens dan Shakespeare.
Jay Wexler, seorang profesor hukum di Boston University yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis, namun ia percaya bahwa siswa harus didorong untuk belajar agama sebagai subyek akademis.
"Saya pikir adalah mungkin untuk mempelajarinya tanpa berpartisipasi dalam ritual keagamaan apa pun."
Wexler bersikeras bahwa sama seperti anak-anak dari keluarga konservatif yang mempelajari studi evolusi di kelas sains, juga sama berlaku untuk prsoalan agama.
"Mereka harus mempelajari hal ini, bahkan jika mereka seorang ateis sekalipun."
Menurut CIA Fact Book, umat Kristen merupakan 78 persen dari total penduduk Amerika yang berjumlah 301 juta jiwa.
Namun akhir-akhit ini gerakan-gerakan Atheis semakin menjamur dan semakin banyak mengumpulkan pengikut secara nasional.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Trinity College mengatakn bahwa masyarakat yang tidak beragama telah tumbuh dari 8,2 persen pada tahun 1990 menjadi 14,2 persen pada 2001 dan menjadi 15 persen pada tahun 2008.(fq/iol)