Misi PBB di Irak, United Nation Assistance Mission for Iraq (UNAMI) menyatakan, pelanggaran hak asasi manusia di Irak yang makin meluas sudah sampai pada level yang mengkhawatirkan.
Laporan bulanan terbaru yang dirilis UNAMI, Rabu (20/9) menyebutkan, serangan-serangan teror, keberadaan milisi, dan tindak kejahatan yang teroganisir telah menyebabkan meluasnya pembunuhan terhadap warga sipil tanpa pandang bulu. Yang menyebabkan rakyat Irak kehilangan integritas dan hak hidupnya.
Setiap bulan, aparat kepolisian Irak menemukan ratusan mayat yang menunjukkan tanda-tanda adanya ‘penyiksaan yang kejam dan pembunuhan dengan cara eksekusi.’ Mayat-mayat yang ditemukan dalam kondisi yang mengerikan, tubuh terbakar akibat bahan-bahan kimia, kulitnya melepuh, tulang belakang, tangan dan kaki patah, bola mata dan gigi hilang, serta luka-luka yang diakibatkan oleh mesin bor atau paku dan luka-luka yang disiram zat asam.
UNAMI menyebutkan, penyiksaan menjadi hal yang lazim di penjara-penjara. Banyak rakyat Irak yang menjadi korban pembunuhan di luar hukum oleh kelompok milisi, pemberontak atau tentara-tentara bentukan pemerintah.
Laporan UNAMI juga melaporkan makin banyaknya warga sipil yang berpindah tempat sehingga mempengaruhi kondisi wilayah di Irak.
Makin meluasnya pelanggaran hak asasi manusia di negeri 1001 malam itu, menurut UNAMI, mengancam persatuan negara yang tercabik-cabik oleh invasi AS. Kondisi ini diperburuk dengan ketidakmampuan insitusi-institusi negara untuk menyeret para pelaku pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan dan ketidakmampuan negara memberikan perlindungan yang cukup bagi warga sipil.
Kondisi ini menyebabkan rakyat Irak pada posisi yang tidak menentu dan mendorong mereka untuk melakukan pertahanan sendiri untuk menghadapi konfrontasi sektarian. Irak akan menjadi negara tanpa hukum, tulis UNAMI dalam laporannya.
Di samping pelanggaran hak asasi manusia yang diakibatkan oleh tindak kejahatan umum, UNAMI juga menemukan kasus-kasus pembunuhan terhadap kaum perempuan berdasarkan tradisi yang berlaku di kalangan masyarakat Irak dengan alasan menjaga kehormatan keluarga atau suami.
Dalam laporan pelanggaran hak asasi manusia UNAMI bulan Agustus disebutkan, sekitar 3.009 warga sipil Irak tewas akibat sejumlah tindak kekerasan. Angka ini memang menurun dari data bulan Juli yang mencatat sekitar 3.590 warga sipil Irak tewas akibat situasi politik dan keamanan yang buruk di Irak. (ln/aljz)