Mereka menolak dipulangkan lantaran situasi di Myanmar khususnya di desa mereka tinggal tidak lagi sama seperti dulu. Banyak pemukiman yang sudah dibakar habis oleh tentara dan massa. Mereka menuntut agar diberi kewarganegaraan dan jaminan keamanan sebelum dipulangkan kembali ke Negara Bagian Rakhine.
“Kami ingin zona aman di Arakan (Rakhine) sebelum repatriasi,” kata seorang pengungsi bernama Mohibullah, dikutip dari AFP, Jumat (19/1).
“Kami ingin pasukan penjaga perdamaian PBB di Arakan, dan kami juga ingin hak asasi dan kewarganegaraan. Kami tidak ingin dipulangkan tanpa jaminan hidup,” lanjutnya.
Pemerintah Myanmar mengatakan para pengungsi yang kembali nantinya akan diproses sebelum ditempatkan ke penampungan sementara selagi rumah mereka dibangun. Kamp sementara itu akan berada di Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, dengan kapasitas 30 ribu orang di 625 bangunan.
Saat ini sebetulnya sudah ada kamp pengungsi di Myanmar. Juru bicara UNICEF Marixie Mercado awal bulan ini mengecam kondisi pengungsi di sana setelah melakukan kunjungan. Sebanyak 60 ribu anak yang tinggal di penampungan itu tidak mendapat perawatan kesehatan, mereka mengalami gizi buruk parah.
Harian the Daily Star menyebut militer Myanmar sudah mengirimkan daftar 1.300 nama kepada otoritas Bangladesh yang mereka klaim sebagai anggota militan Rohingya, ARSA.(kl/rol)