Eramuslim.com – Para pengungsi Rohingya di Bangladesh direncanakan dipulangkan ke Myanmar mulai pekan depan. Namun Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok pembela hak asasi menyangsikan rencana repatriasi ini.
Sekitar 750 ribu warga Rohingya mengungsi dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh akibat kekerasan dilakukan militer dan massa bersenjata sejak Agustus lalu.
Pemerintah Bangladesh dan Myanmar pekan ini bertemu guna membahas pemulangan atau repatriasi warga Rohingya. Mereka akhirnya sepakat memulai proses repatriasi yang dijadwalkan berlangsung selama dua tahun.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kemarin mengatakan kepada wartawan, lembaga PBB UNHCR harus diizinkan untuk membantu menjamin proses pemulangan ini memenuhi standar internasional.
“Masih banyak yang harus dibangun dan perlu upaya besar rekonsiliasi untuk menjamin seluruh proses berjalan seperti seharusnya,” kata Gutteres, seperti dilansir laman CBC, Kamis (18/1).
Lembaga Amnesty International bahkan menyebut proses pemulangan pengungsi ini terlalu prematur dan riskan.
“Dengan ingatan akan pemerkosaan, pembunuhan, dan penyiksaan masih segar di benak mereka, rencana kepulangan mereka ke Myanmar terlalu dini,” kata Direktur Amnesty wilayah Asia Tenggara dan Pasifik, James Gomez, dalam pernyataannya.
“Kerangka waktu pemulangan mereka yang ditetapkan hari ini dibuat tanpa berkonsultasi dengan para pengungsi Rohingya dan tidak ada jaminan mereka mau kembali secara sukarela,” kata Gomez.
Ratusan pengungsi Rohingya kemarin menggelar aksi demonstrasi di Bangladesh sebagai tanda penolakan atas repatriasi yang direncanakan pemerintah Myanmar dan Bangladesh.