Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Kamis (6/7) memutuskan untuk mengirim tim pencari fakta ke Palestina untuk melaporkan pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan Israel di wilayah pendudukan Palestina.
Israel dilaporkan dalam satu hari saja, telah menewaskan sedikitnya 12 warga sipil Palestina yang tak berdosa.
Tim pencari fakta itu akan dipimpin oleh John Dugard, pemantau PBB atas pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Palestina. Dugard mengatakan, Dewan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan sebuah resolusi untuk mengirim tim pencari fakta ke Palestina. Resolusi itu juga mendesak Israel untuk menghentikan serangan militernya terhadap rakyat Palestina dan membebaskan menteri-menteri, anggota parlemen dan warga sipil yang mereka tawan.
Resolusi itu diajukan oleh Organisasi Konferensi Islam yang meminta pada ‘semua pihak yang terkait untuk menghormati aturan hukum kemanusiaan internasional dan menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan terhadap warga sipil.’ OKI juga menekankan agar dilakukan ‘pembicaraan untuk mencari jalan keluar dari krisis yang terjadi saat ini’ di wilayah Palestina.
Dalam pidatonya di sesi khusus Dewan Hak Asasi, Rabu (5/7), Dugard menuding Israel telah melanggar hukum internasional hak asasi manusia. "Jelas sudah bahwa Israel melanggar norma-norma paling fundamental dari hukum hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan," tandasnya.
Dugard juga menuduh militer Israel sudah menggunakan kekuatan dengan tidak proporsional terhadap warga sipil. Karena akibat serangan militer Israel, warga Gaza kini hidup tanpa persediaan sumber air, sementara bahan makanan dan obat-obatan makin menipis.
Dugard mengungkapkan, lebih dari 1.500 peluru-peluru artileri menghujani Gaza dalam sepekan terakhir dan suara-suara ledakan bom telah menimbulkan ketakutan warga. "Tindakan Israel secara moral tidak bisa dibenarkan," ujarnya.
Sejuta Lilin untuk Warga Gaza
Di Tepi Barat, warga Palestina menggalang aksi pengumpulan lilin untuk membantu saudara-saudara mereka di Gaza yang kini hidup dalam kegelapan karena pusat pembangkit listrik mereka dihancurkan Israel.
"Aksi ini menunjukkan solidaritas kami dengan saudara-saudara kami di Gaza," kata Ismail Sharif sembari memasukkan tiga batang lilin ke sebuah kotak di kota Ramallah.
Aksi mengumpulkan lilin untuk membantu sekitar 1,4 juta jiwa warga Gaza diorganisir oleh pemerintahan kota yang ada di Tepi Barat. Mereka menargetkan terkumpulnya satu juta lilin yang selanjutnya akan dikirim ke Gaza lewat Komite Palang Merah Internasional.
Perusahaan Distribusi Listrik di Gaza mempekirakan butuh waktu sembilan bulan untuk memperbaiki satu-satunya pusat pembangkit lisrik di Gaza dengan biaya sekitar 15 juta dollar. Penutupan perbatasan Rafah oleh Israel juga makin mempersulit warga Gaza untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari, termasuk bahan bakar untuk penerangan rumah mereka.
Dukungan Indonesia untuk Palestina
Serangan-serangan gencar yang terus dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, mendorong Indonesia untuk mencabut keikusertaan dalam kejuaraan tenis Fed Cup dengan Israel.
"Kami memutuskan untuk mundur karena meski tenis adalah cabang olah raga, kami harus konsisten terhadap dukungan kami pada rakyat Palestina yang menderita akibat agresi Israel," kata juru bicara kementerian luar negeri Desra Percaya.
Ketua Divisi turnamen dari asosiasi tenis lapangan Indonesia, Enggal Karyono pada AFP menyatakan, Indonesia bisa dikenai denda sebesar 50 ribu dollar dan dilarang untuk ikut bertanding selama setahun jika menolak bermain hanya karena alasan politis atau masalah keagamaan.
Ditanya soal konsekuensi itu, Desra mengatakan, ”Kerugiannya hanya bersifat materi, tapi prinsip jauh lebih berharga." (ln/iol)