Pasukan Oposisi Meninggalkan Ras Lanuf

Pejuang oposisi telah dipaksa untuk menarik diri dari pusat kota pelabuhan Ras Lanuf oleh pasukan yang setia kepada Kolonel Muammar Gaddafi. Oposisi meninggalkan Ras Lanuf sesudah berhari-hari menghadapi gempuran artileri dan udara yang dilancarkan oleh pasukan yang loyal kepada Gadhafi.

Pasukan yang loyal kepada Gadhafi dan pasukan anti-pemerintah terkunci dalam pertempuran sengit untuk memperebutkan beberapa kota lainnya dan kota-kota di sepanjang garis pantai di sebelah timur Tripoli, termasuk Brega dan Bin Jawad, serta dalam Az Zawiyah di sebelah barat ibukota.

Pasukan oposisi di kota pelabuhan Ras Lanuf, yang merupakan tempat instalasi minyak yang sangat penting, sekarang meninggalkan dari posisi mereka dan menuju lebih ke timur.

Pejuang oposisi terlihat yang jumlahnya ratusan dengan menggunakan mobil dan truk dipaksa melarikan diri ke arah timur, setelah dihujani tembakan mortir dan serangan roket, serta pemboman udara selama dua hari sebelumnya.

Pasukan yang loyal Gaddafi melakakukan pemboman terhadap instalasi gas alam, serta melakukan pengeboman terhadap rumah penduduk dan daerah sekitar rumah sakit, ucap anggota oposisi.

Dalam wawancara dengan kantor berita Reuters, putra Gaddafi Saif al-Islam mengatakan waktunya telah datang untuk melakukan aksi militer dalam skala luas terhadap para pemberontak. "Tidak ada kesempatan untuk negosiasi dengan pemberontak yang melawan pemerintah Libya," katanya pada hari Kamis.

Saif al-Islam mengatakan militer tidak akan menyerah, bahwa mereka akan berperang di Libya sampai mati, tegasnya.

Dalam konferensi pers Kamis malam, Khalid al-Kaim, wakil menteri luar negeri Libya, menegaskan bahwa itu adalah "jelas" bahwa kebanyakan pengunjuk rasa anti-pemerintah dan pejuang adalah anggota al-Qaeda.

Ofensif Militer Pasukan Gadhafi Secara Besar-Besaran

"Kami bertanya-tanya selama beberapa hari terakhir tentang mengapa Gaddafi tidak menggunakan kekuatan secara besar-besaran? Hari ini kita telah melihat kekuatan-kekuatan dalam aksi," lapor Al Jazeera Tony Birtley, yang berada di Ras Lanuf.

"Pertempuran yang sangat dahsyat berlangsung sepanjang hari Selasa hingga Kamis, di mana pasukan yang setia kepada Gadhafi dnegn menggunakan serangan udara, artileri dan tembakan mortir, kemudian terus membuat gerakan yang menjepit pasukan oposisi.

"Ada sejumlah korban Kita telah melihat truk berjalan sepanjang jalan raya,. Tapi yang sedang dikupas oleh Gaddafi memaksa semua jalan sepanjang saya sebanyak. … 50 kerang jatuh.

"Kami telah melihat truk dengan terluka berbaring di bagian belakang pick-up, dan kami melihat jumlah korban sangat banyak. Kami juga melihat dan mendengar ledakan yang dahsyat dan bola api berasal dari pantai", tambahnya. "Tampaknya serangan besar sedang berlangsung sekarang."

Birtley melaporkan bahwa sementara para pejuang oposisi sekarang banyak yang meninggalkan kota "pusat pertempuran" dan akan kembali untuk mekaukan perlawanan. Dia mengatakan, serangan itu menunjukkan "profesionalisme pasukan Gaddafi, dan itu menunjukkan bahwa … dia memiliki kemampuan untukmemukul kembali."

Insinyur di fasilitas minyak di kota telah membakar gas beracun dalam kasus hit langsung pada kilang, pemberontak mengatakan.

"Kota Ras Lanuf telah dibersihkan dari gerombolan bersenjata dan bendera hijau telah dicabut dari gedung-gedung pemerintah," lapor televisi pemerintah Libya pada Kamis malam. Selanjutnya, laporan itu mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah "maju di Benghazi".

Hoda Abdel-Hamid, wartawan Aljazeera di Benghazi, melaporkan bahwa para pejabat menegaskan bahwa Ras Lanuf dan Brega, kota lainnya yang merupakan pusat instalasi minyak di bawah serangan dari kapal perang. Brega, yang menjadi pusat minyak dan gas Libya, juga menghadapi serangan udara.

Dia melaporkan bahwa pemberontak di Benghazi merasa akan terjadi pembalikkan situasi, dan ada "kesadaran bahwa ini akan menjadi sebuah pemberontakan, panjang".

"Kaum revolusioner mengontrol pusat kekuatan Zawiyah dan Gadhafi adalah sekitarnya. Tetapi, kekuatan berimbanhg antara pasukan pemerintah dengan oposisi," kata seorang warga yang meninggalkan kota.

"Tidak ada orang di jalan-jalan, kota itu benar-benar seperti kota mati, dan ada penembak jitu di atap," katanya. (mhi/aljz)