Masjid Syekh Abidi, di selatan Ibukota Somalia, Mogadishu, terletak di perempatan jalan Ale Kamein. Beberapa waktu lalu, sebelum negeri Somalia didera konflik senjata yang turut dikobarkan oleh angkatan bersenjata negara tetangga Ethiopia, masjid itu termasuk pusat kegiatan agama masyarakat yang marak dengan aktifitas ibadah.
Tapi suasana itu kini berubah seratus delapan puluh derajat. Pasukan Ethiopia yang datang dengan dalih mendukung pemerintah sementara Somalia, mengubahnya menjadi kamp militer mereka. Para hamba Allah yang mulanya banyak berdatangan dan keluar masuk masjid pun kini senyap. Mereka sebagian mengungsi, dan berharap dalam hati bila saatnya mereka bisa kembali beribadah di rumah Allah swt itu.
Ruang dalam masjid yang biasa dipakai untuk shalat jamaah dengan suasana teduh dan tenang berhadapan dengan Allah swt, kini justru memunculkan rasa takut dan kekhawatiran luar biasa bagi siapa saja yang lewat apalagi memasukinya. Sejak pertikaian bulan Maret tahun silam, pasukan Ethiopia yang telah membunuh seribuan rakyat Somalia itu, telah menguasai masjid-masjid di selatan Mogadishu lalu menjadikannya sebagai markas militer.
Masjid Syekh Abidi, salah satu contohnya, ruang belakang masjid yang dahulunya digunakan untuk ragam aktifitas keIslaman di luar shalat berjamaah, kini berubah mengerikan dan kotor karena digunakan sebagai sel tahanan para warga yang dicurigai turut mendukung pejuang Islam yang menolak kehadiran mereka. Pasukan Ethiopia dikabarkan tak segan-segan melepaskan tembakan atau bahkan menikam seseorang yang dianggap mencurigakan.
Tidak jauh dari masjid Syekh Abidi, ada masjid Saltaja di kampung Hamr Bale, yang juga kini digunakan sebagai gudang senjata pasukan Ethiopia. Para tentara pun menginap di masjid dengan penjagaan ekstra ketat. Inilah sejarah Somalia paling kelam dalam sejarahnya, setelah sekian lama negeri ini menyandang sebagai negeri huffadz karena banyaknya para hafidz Al-Quran di sana.
Ada lagi masjid Ar Rahman, masjid Asy Fira di kampung Helawa, di sisi Timur Laut Mogadishu. Kedua masjid itupun kini bernasib nyaris sama karena kini telah ditutup dan menjadi markas militer pasukan Ethiopia. Bahkan dalam rentang bulan November 2007 lalu, saat serangan pasukan Mahkamah Islam begitu kuat menyerang pasukan Ethiopia, para tentara Ethiopia yang tak beragama Islam itu menduduki masjid Syekh Abdullah di kampung Bar Abeh, dan masjid As-Salamah di kampung Blakse. Masih ada sejumlah masjid lainnya yang sudah mereka duduki dan dijadikan tempat pangkalan militer sekaligus cara mereka untuk bisa menguasai suatu wilayah.
Sikap pasukan Ethiopia ini sangat menyakitkan kaum Muslimin bukan hanya di Afrika bahkan di seluruh dunia. Tragedi penjajahan Ethiopia atas Somalia yang Islam, perampasan Israel atas anah Palestina, pendudukan AS di Irak, semuanya masih seperti luka sayatan yang begitu pedih dalam tubuh umat Islam. Apa peran kita? (na-str/almjt)