Pasukan militer Ethiopia membunuh 30 warga sipil Somalia yang sedang berlindung di sebuah masjid, menghindari pertempuran antara pasukan Ethiopia dan para pejuang Mahkamah Islamiyah di ibukota Somalia, Mogadishu pada Senin (21/4)
Enam dari 30 warga sipil yang sedang berlindung di masjid al-Hidayah itu adalan para ulama dari jamaah Tabligh Sufi yang tidak terlibat dengan kelompok yang bertempur dengan pasukan Ethiopia. Sejumlah saksi mata mengatakan, pasukan Ethiophia membantai puluhan warga sipil tersebut, sehingga di antara 20 orang yang menjadi korban ditemukan tanpa kepala.
"Pasukan Ethiopia juga mengancam akan memenggal kepala para wanita jika mereka diserang lagi, " ujar seorang perempuan yang menyaksikan pembantaian di dalam masjid.
Dalam pertempuran yang kembali memanas selama dua hari ini di Mogadishu, antara para pejuang Mahkamah Islamiyah dan pasukan Ethiopia, menyebabkan sedikitnya 85 orang tewas. Mayat-mayat korban berserakan di jalan-jalan. "Pagi ini saya ingin menghindari pertempuran yang saya khawatirkan akan berkobar lagi. Saya melihat empat mayat laki-laki yang saya kenal tergeletak di jalan, " kata Hussein Abdulle, seorang warga Mogadishu.
Warga lainnya, Abdulahi Mohamud menambahkan, "Dua orang yang kepalanya dipenggal juga tergeletak di sana."
Mogadishu menjadi pusat pertempuran sengit sejak pasukan Ethiopia menginvasi Somalia pada tahun 2006 atas permintaan pemerintahan interim Somalia, untuk menumbangkan pemerintahan Mahkamah Islamiah yang berkuasa di negeri itu. Akibatnya pertempuran-pertempuran tersebut, ribuan warga Somalia tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Kelompok Alliance for the Re-Liberation of Somalia (ARS) menuding pasukan Ethiopia juga menjadikan warga sipil sebagai tawanan.
"Banyak warga sipil yang diambil dari rumah-rumah mereka oleh orang-orang Ethiopia. Ini menunjukkan bahwa tentara-tentara Ethiopia datang untuk menghancurkan Somalia, " kata Syaikh Sharif Ahmed, pimpinan ARS pada televisi Aljazeera.
Ia menyerukan dunia internasional untuk melakukan intervensi atas kemelut di Somalia dan mengancam akan menolak segala bentuk negosiasi damai yang diprakarsai PBB, jika organisasi dunia itu tidak bersikap tegas terhadap tindakan pasukan Ethiopia.
Sementara itu, Perdana Menteri pemerintahan interim Nur Hassan Hussein, membela tindakan pasukan Ethiopia dan berdalih bahwa mereka berusaha mempertahankan diri.
Organisasi hak asasi manusia internasional Human Right Watch dalam beberapa kali laporannya menuding pasukan Ethiopia telah melanggar hukum internasional karena telah dengan sengaja membombardir wilayah-wilayah padat penduduk di Mogadishu. (ln/iol)