Pasukan Denmark di Afghanistan 'Berteman' dengan Taliban

Militer Denmark di Afghanistan mengakui bahwa mereka kewalahan menghadapi perlawanan para pejuang Taliban dan memilih melakukan negosiasi dengan pihak Taliban. Sementara itu, sebuah polling di Denmark menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Denmark tidak yakin pasukan Barat akan memenangkan perang di Afghanistan.

Pejabat militer Denmark, Letnan Kolonel Bjarne Hoejgaard pada surat kabar Jyllands-Posten mengungkapkan, "Kami sudah melakukan beberapa kali pertemuan dengan pimpinan lokal Taliban untuk mengakhiri kebuntuan."

"Kami harus melakukan dialog dan negosiasi yang intensif dengan Taliban, jika kami ingin damai di Afghanistan karena kami tidak mampu memberangus mereka," ujar Letkol Hoejgaard setelah menjalankan misi di Afghanistan selama enam bulan.

Menurutnya, pertemuan dengan Taliban bertujuan untuk menciptkan situasi yang lebih aman bagi tentara Denmark yang ditugaskan di Afghanistan dan bukan untuk mencapai kesepakatan tertentu dengan kelompok itu.

"Makin banyak orang-orang Taliban yang kita bunuh, itu artinya kita menciptakan lebih banyak musuh," tukas Hoejgaard.

Sementara itu polling yang dilakukan Capacent Epinion, sebuah lembaga penyiaran publik di Denmark menunjukkan 55 persen dari 1.000 responden meyakini perang melawan Taliban tidak akan menang. Cuma 22 persen responden yang meyakini Taliban akan dikalahkan dan 22 persen lainya tidak memberikan pendapat.

Meski demikian, 48 persen responden menyatakan bahwa Denmark harus mempertahankan tentaranya di Afghanistan, sedangkan 41 persen responden menyatakan Denmark sebaiknya menarik pasukannya dari Afghanistan.

Denmark mengerahkan 700 tentaranya ke Afghanistan dibawah komando pasukan Inggris dan pos utama mereka adalah provinsi Helmand. Sejak invasi AS dan pasukan koalisinya ke Afghanistan, Denmark sudah kehilangan 21 tentaranya. (ln/WSJ)