Para tokoh agama dan budayawan di Irak menyatakan gusar karena bertebarannya gereja Inggris Protestan di Irak. Mereka menganggap penyebaran gereja sebagai salah satu upaya Barat memainkan faktor agama untuk kemaslahatan gereja Protestan di Timur.
Dalam keterangannya kepada Islamonline.net (20/3), Shalimon Warduni, staf pendeta gereja Katholik, Maryam Adzra, di Baghdad mengatakan, “Sebelum pendudukan AS di Irak sekitar 3 tahun lalu, telah dibuka sekitar 15 gereja Protestan di Baghdad dan merekrut banyak pemuda pemudi dengan cara mereka yang baru. Mereka diberikan uang dan hadiah, serta dibukakan aktifitas beragam melalui pusat pemuda maupun pelatihan untuk anak-anak dengan membagikan makanan.”
Warduni menambahkan, “Gereja-gereja baru itu berdiri dengan dukungan pemuda. Mereka seperti memperbaharui orang-orang Kristen. Dan itu bertentangan dengan agama dan prinsip kami. Di sisi lain, kami juga melihat kerisauan saudara-saudara Muslim di sini yang memiliki persepsi bahwa kami adalah para missionaris baru di Irak.”
Ia menjelaskan saat ini sejumlah organisasi AS dan Inggris bertebaran di Irak, antara lain di Baghdad, Moushal, dan Utara Irak untuk mendirikan gereja. Aktifitas itu bertujuan untuk merubah peta agama di Irak, dan menjadi saluran peran gereja Barat di Timur. Seorang Dosen beragama Kristen, Fadal Adam, mengatakan kepada Islamonline tentang kakhawatirannya terhadap pola perekrutan yang dilakukan gereja-gereja kiriman Barat itu. Di mana aktifitasnya dikhawatirkan pada semakin banyaknya orang yang mengikuti pola pemikiran mereka. “Kami orang-orang Kristen di Irak. Kondisi kami sama seperti warga Irak yang lain yang bersatu, kami mengkhawatirkan pemikiran import itu, khususnya dalam situasi kami yang masih tidak stabil.”
Koresponden Islamonline di Baghdad menyaksikan sejumlah pemuda yang begitu gembira mengenakan kostum seragam pada upacara suci di gereja Inggris. Salah seorang dari mereka mengatakan, “Gereja ini dibuka sejak dua tahun lalu. Dia memberikan kami pelajaran bahasa Inggris melalui ragam cara yang baru, seperti musik, nyanyi, dan memberi kami fasilitas transportasi serta uang.”
Kaum Kristen mewakili 2,14% dari total penduduk Irak yang berjumlah sekitar 28 juta orang. Separuh dari mereka tinggal di Baghdad, seperlimanya di Ninawa dn sisanya di Dahuk, Arbil, dan Kurdistan Irak.
Bagi kaum Muslimin, proses kristenisasi memang sudah lama tercium sejak kedatangan pasukan AS ke negeri seribu satu malam itu. Majalah New York Times, bahkan pernah melansir pernyataan petinggi AS yang mengakui keberadaan aktifitas kristenisasi di Irak melalui saluran lembaga-lembaga bantuan. Selain menyampaikan bantuan, lembaga-lembaga itu juga membawa puluhan ribu injil ke Irak.
New York Times menyebutkan, sebuah lembaga al-Kitab Internasional telah mendatangkan 10 ribu injil dengan bahasa Arab dengan judul sampulnya tertulis, “Al-Masiih Jaa-a bi As Salam”, Yesus Membawa Perdamaian. (na-str/iol)