Danish Broadcast Corporation News (DR) menambahkan halaman khusus tentang Islam dan Umat Islam di Denmark dalam situsnya. Editor halaman ini, Ulrik Aarhus mengatakan rakyat Denmark perlu tahu lebih banyak tentang Islam dan umat Islam di Denmark.
"Mereka membutuhkan informasi tentang sejarah Islam, peradaban dan kebudayaan Islam sehingga rakyat Denmark bisa memahami Islam dan umat Islam dengan lebih baik," kata Aarhus.
Ia mengatakan, kartun-kartun tentang Nabi Muhammad yang dibuat orang Denmark dan menimbulkan kemarahan dunia Islam, lebih disebabkan karena ‘Kami tidak saling kenal satu sama lain’. Situs online yang dikelola oleh para editor DR ini merupakan situs pemerintah Denmark pertama yang menyediakan halaman khusus tentang Islam.
Halaman situs ini antara lain akan diisi dengan informasi tentang organisasi-organisasi Islam di Denmark dan kisah-kisah sekitar 5.000 warga asli Denmark yang memilih berpindah agama ke Islam. Selain itu, situs ini juga menampilkan artikel tentang masjid-masjid besar dan halaman tanya jawab tentang Islam.
"Ada lebih 2.000 orang yang berkunjung ke situs ini hanya dalam jangka waktu 12 jam sejak pertama kali diluncurkan," kata Aarhus.
Di Denmark, jumlah warga Muslim 3 persen dari total 5,3 juta penduduk negeri itu. Islam menjadi agama kedua terbesar setelah agama Protestan Lutheran. Meski demikian, Islam belum diakui sebagai agama resmi seperti agama Kristen dan Yudaisme.
Sebelumnya, DR juga sudah meluncurkan sebuah program radio bertajuk ‘Segi-Segi Islam’. Program ini terdiri dari 25 seri berisi kehidupan warga Muslim sehari-hari, ajaran-ajaran dalam agama Islam dan isu-isu hangat seperti jihad, pendidikan dan integrasi. Program ini juga menyiarkan wawancara dengan pemuka-pemuka Muslim di Denmark dan himbauan mereka terhadap warga minoritas Muslim di negara itu.
Setelah kasus kartun Nabi Muhammad Saw, Islam menjadi pusat perhatian di Denmark di mana banyak media massa di sana kini menyediakan halaman khusus tentang Islam.
Seorang sutradara film terkenal asal Denmark, Annette Olesen berkomentar,"Sesuatu telah terjadi pada dunia Barat dan Amerika setelah peristiwa 11 September…. dan itu menyebabkan kerugian besar bagi mereka yang tidak berdosa."
Olesen dalam filmnya berjudul "1:1" yang kini sedang dipertunjukkan dalam festival film di Berlin, mengedepankan tentang adanya ketegangan ‘tersembunyi’ antara masyarakat Denmark dan warga Muslim, jauh sebelum kartun-kartun yang menghinakan Nabi Muhammad itu dibuat dan menimbulkan krisis.
"Setelah menonton film itu lagi semalam..sangat aneh. Karena saya pikir ada kesamaan rasa antara film saya dengan karakter-karakter ini, dengan krisis ini," kata Olesen,40, pada Reuters.
"Kami sangat tercengang melihat bagaimana orang-orang itu turun ke jalan dan bagaimana hal ini bisa mempengaruhi sebuah komunitas yang kecil," sambung Olesen.
Ia mengungkapkan, filmnya dan meluasnya protes atas kartun-kartun tersebut, sebenarnya sudah terpendam sekian lama. "Apa yang disebabkan oleh gambar-gambar Nabi Muhammad Saw cuma sebuah gejala. Persoalan ini lebih kompleks..dari cuma sekedar gambar," katanya.
Olesen menambahkan,"Orang merespon kartun-kartun itu dengan spontan karena tekanan yang sebenarnya sudah lama dilakukan Denmark terhadap kelompok etnis minoritas, khususnya warga minoritas Muslim." (ln/iol)