Berita beredar dan rekaman menunjukkan kelompok Taliban mengepung penjara itu dan membebaskan tahanan ISIS dan Al-Qaeda. Namun, penjaga penjara Taliban -yang sekarang menjaga penjara- menyangkal bahwa peristiwa itu pernah terjadi. Bekas pemerintah Afghanistanlah yang ‘mengosongkan halaman penjara dan membuka pintu’ ketika Taliban menguasai Kabul, katanya.
Tahun lalu, Agustus 2020, pemerintah Afghanistan memang membebaskan Hekmatullah Hekmat, dari penjara Pul-e-Charkhi. Tapi itu sebagai bagian dari prasyarat untuk memulai negosiasi damai langsung dengan Taliban.
Saat itu, setiap tahanan yang dibebaskan menandatangani deklarasi yang berjanji untuk tidak bergabung dengan Taliban lagi.
Namun, sekeluarnya dari penjara, Hekmat mengatakan; “Ketika saya meninggalkan penjara, saya akan mulai berperang lagi.”
Bagi Hekmat, AS dan mantan pemerintah Afghanistan -yang disebutnya rezim boneka- adalah musuh yang harus disingkirkan.
“Jika mereka kembali, kami akan melawan mereka lagi. Negara kami diduduki dan saya melawan kekuatan asing dan ideologi mereka. Kami berkomitmen untuk membela negara, agama, dan rakyat kami,” kata Hekmat.
Hekmat berada di dalam penjara selama hampir tiga tahun. Ia berada satu sel dengan 13 tawanan lainnya. Dia ditangkap oleh dinas rahasia Afghanistan, Unit Nol Satu Direktorat Keamanan Nasional, di provinsi utara Kunduz.
Pada 15 Agustus, ketika Taliban berkuasa, ribuan tahanan dibebaskan. Sisa-sisa kepergian mereka masih terlihat, dengan kondisi penjara yang nampak kotor dan berantakan seperti ditinggalkan dengan terburu-buru.
Qudratullah Nazim, 33, termasuk di antara yang keluar pada 15 Agustus. Ia akhirnya lolos dari hukuman mati yang dikeluarkan oleh pemerintahan presiden Ashraf Ghani. Ia adalah seorang komandan gerilya yang sebagian besar beroperasi di Kandahar dan Helmand, dan telah berada di dalam penjara lebih dari satu dekade.
Sekarang, dia mengaku bisa berjalan dengan lega dan bangga. (rmol)