Hanyalah debu di lantai yang tersisa di beberapa toko milik keturunan Arab di Gao, Mali. Toko took tersebut dijarah dalam gelombang serangan tentara Mali dibantu Prancis meluluh lantakkan kota Mali utara yang dikuasai Islam sebelumnya.
Warga keturunan Arab dan Tuareg menghadapi ancaman kemarahan dengan kekerasan oleh warga kulit hitam sejak pasukan Perancis dan Mali merebut kota dari para mujahidin di Afrika Barat (MUJAO) pada hari Sabtu.
Di toko toko tersebut, penjarah merampok dan membongkar jendela dan pintu pintu mereka dan memboyong habis dan pergi apapun barang barang yang tak terhitung jumlahnya.
“Orang-orang keturunan Arab hilang seketika dari kota tersebut . Mereka beruntung, karena kami memiliki nasib yang lebih menyedihkan untuk pertahankan diri, “kata Ousmane, pemilik toko lokal.
Gao, kota terbesar di utara Mali , sebelumnya dikuasai gerakan Islamis yang menduduki Mali utara selama 10 bulan, daerah tersebut sekitar 1.200 kilometer (750 mil) timur laut dari ibukota, Bamako.
Kota ini hanya ditempati oleh 90.000 orang dari 350,000 orang , sebagian besar dari mereka termasuk banyak dari Gao, meninggalkan rumah mereka.
Gubernur Gao, Adama Diallo, yang kembali dari pengasingan pada hari Selasa, mengatakan negara Mali harus segera kembali memantapkan diri di wilayah tersebut. “Sistem peradilan Yang lalu (Pengadilan hukum Prancis) harus dikembalikan secepat mungkin,” katanya, “untuk menghindari orang-orang yang mengambil keadilan ke tangan mereka sendiri.” Tambahnya (DZ/Al Arabiya)