Pasca Natal dan Tahun Baru, Adalah "Hari Perceraian" di Inggris

Di hari kerja pertama, Senin (6/1) setelah liburan Natal berakhir, mereka yang berprofesi sebagai pengacara di Inggris kebanjiran telepon. Telepon itu berasal dari pasangan-pasangan suami isteri yang perkawinannya bermasalah, dan berencana ingin bercerai. Jadilah hari Senin kemarin sebagai "Hari Perceraian", D-Day atau Divorce Day.

Para pakar di Inggris mengatakan, para pasangan pasutri yang bermasalah itu memanfaatkan hari kerja pertama di tahun baru ini, untuk menyelesaikan persoalan dengan pasangan mereka.

Sebuah firma hukum terbesar di Inggris Manches menyatakan, kesibukan tim pengacara mereka yang mengurusi masalah perkawinan meningkat dua kali lipat di bulan Januari dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

"Natal bukan penyebab perceraian, tapi menjadi salah satu katalis. Dan dalam satu tahun, bulan Januari adalah bulan tersibuk bagi kami, " kata James Stewart, seorang rekanan firma hukum Manches, seperti dikutip surat kabar Inggris The Times.

"Keluarga-keluarga yang tidak punya banyak waktu berkumpul bersama, pada umumnya dipaksa untuk menghabiskan waktu bersama saat liburan Natal. Ini merupakan saat-saat yang mahal dan kesulitan finansial bisa memicu ketegangan, " sambung Stewart.

Kelompok pendamping bagi para pasangan di Inggris Relate mengatakan, jumlah telepon yang mereka terima selama liburan Natal dan tahun baru meningkat hampir setengahnya. Dan menurut The Times, sedikitnya ada dua juta pasangan pasutri di Inggris yang sedang mengurus proses perceraian dalam sepekan atau dua pekan ke depan. Kebanyakan pasangan yang memutuskan berpisah dari kalangan usia di atas 60 tahun.

Masih menurut The Times, tiga per empat perceraian adalah inisiatif dari pihak perempuan dan hampir setengahnya beralasan ketidakharmonisan dengan para suami mereka saat menghabiskan liburan Natal dan tahun baru bersama. Ada-ada saja. (ln/al-arby)