Presiden Palestina Mahmud Abbas dan PM Palestina Ismail Haniyah mendadak melakukan pertemuan di Ghaza. Haniyah yang baru saja pulang dari menunaikan haji di tanah suci, mengenakan kostum lengkap dengan sorban yang menutupi kepalanya.
Pertemuan dua tokoh pemimpin Palestina itu, menyepakati pembentukan badan pengadilan independen untuk melakukan penyelidikan terhadap sejumlah peristiwa berdarah belakangan ini, yang terjadi di utara Ghaza dan menewaskan tujuh orang sipil Palestina. Mereka juga sepakat secepatnya membentuk badan yang menjadi sarana mediasi pembentukan pemerintahan nasional, yang berdiri di atas dokumen dan kesepakatan nasional.
Satu hari sebelumnya, Kamis (4/1) bentrokan berdarah yang diduga terjadi antara kelompok bersenjata Fatah dan pasukan pengamanan yang berada di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri Palestina, menewaskan tujuh orang. Dalam pertemuan tersebut, Haniyah menghimbah kepada semua pihak yang memiliki senjata untuk tidak tampil di muka umum. Haniyah meminta pelucutan senjata dari jalan-jalan Palestina, penyebaran patroli polisi Palestina, menghentikan kampanye media yang saling mencaci, dan segera membentuk Majlis Keamanan Nasional dipimpin Presiden Mahmud Abbas dengan melibatkan PM Palestina berikut Menteri Dalam Negeri serta sejumlah tokoh pimpinan keamanan Palestina. Haniyah juga meminta seluruh rakyat Palestina untuk ekstra hati-hati dan waspada terhadap pihak-pihak yang ingin memancing di air keruh dan memunculkan api fitnah antar sesama rakyat Palestina.
“Saya sudah bicara sangat mendalam dengan Presiden Abbas, bahwa kami ingin mengatasi masalah-masalah ini. Kami sepakat agar perbedaan kepentingan politik tidak sampai berpindah ke lapisan masyarakat Palestina. Kami juga menekankan pentingnya memunculkan bahasa dialog, dan tidak ada alternatif lain selain dialog.” Dalam konferensi pers tersebut, Abbas tidak melontarkan komentar apapun di hadapan wartawan. (na-str/iol)