Israel kembali ke pola lama dalam melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina, yakni pola pembunuhan. Rabu (21/2), dua orang Palestina meregang nyawa akibat tembakan tentara Zionis Israel.
Salah seorang dari mereka ditembak saat berada di kamp Jenin, di utara Tepi Barat. Seorang lainnya ditembak di wilayah Ghaza. Kedua orang ini menjadi warga Palestina pertama yang gugur pasca berhentinya pertikaian internal antara kelompok Hamas dan Fatah, dengan berhasilnya kesepakatan Makkah Mukarramah.
Menurut Saraya Al-Quds, sayap militer Jihad Islami, salah satu pimpinannya di Jenin yang bernama Mahmud Ibrahim Qasim Ubaid syahid diterjang peluru penjajah Zionis. Saksi mata menyebutkan bahwa sejumlah pasukan khusus Israel menembakkan senjata ke arah pemukiman di Jenin yang merupakan tempat pengungsian. Tembakan itulah yang mengantarkan kematian Mahmud Ibrahim.
Aksi pembunuhan berdarah dingin itu terjadi setelah Zionis Israel mengumumkan telah menangkap seorang pemuda dari Jenin di Tel Aviv yang ingin melakukan aksi bom syahid. Lalu, Saraya Al-Quds menyatakan bertanggung jawab atas rencana pemboman di Tel Aviv tersebut.
Dalam pernyataan sikapnya, Saraya Al-Quds mengatakan bahwa serangan pemboman yang akan mereka lakukan itu tak lain sebagai pembalasan dendam atas kekejaman Zionis terhadap rakyat Palestina. Saraya Al-Quds juga menyatakan akan tetap memegang prinsip perlawanan dan jihad untuk mengusir penjajah Israel yang terus menerus melakukan kekejaan di Palestina, khususnya terhadap lokasi Masjid Al-Aqsha saat ini.
Masih menurut Saraya Al-Quds serangan pemboman itu juga diniatkan untuk memperingatkan Israel dan AS terhadap rencana perburuan atas Dr. Ramadhan Syalh, Sekjem Jihad Islami Palestina. AS mengumumkan akan memberikan uang besar kepada siapapun yang bisa memberi informasi keberadaan Ramadhan Syalh.
Di Ghaza, seorang pemuda bernama Mahmud Samiri (33) gugur pada hari Rabu pagi (21/2) akibat peluru Israel. Saksi mata menuturkan pasukan Israel tiba-tiba memberondong tembakannya ke arah Samiri yang berada di kebunnya, dekat dengan jalur hijau yang memisahkan antara Ghaza dan Israel. Sumber medis di rumah sakit Syuhada Al-Aqsha mengatakan, bahwa Mahmud Samiri telah tiba ke rumah sakit dalam kondisi meninggal. (na-str/iol)