Kunjungan rahasia Presiden AS George W. Bush ke Irak mulai memicu reaksi. Kelompok Muqtada al-Sadr mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa, memprotes kedatangan Bush. Pemerintah Irak pun langsung mengerahkan puluhan ribu pasukan untuk antisipasi keamanan.
PM Irak Nuri al-Maliki mengerahkan lebih dari 75.000 pasukan dari aparat keamanan Irak dan tentara AS ke seluruh Baghdad, mulai Rabu (14/6). Operasi kemanan ini oleh kalangan militer dinamai ‘Operation Forward Together’ dan disebut-sebut sebagai langkah pengamanan kota terbesar di Bagdad sejak invasi AS tahun 2003 lalu.
Maliki juga mengumumkan rencana untuk memperpanjang jam malam dan larangan senjata. Ia menegaskan, tidak ada ampun buat mereka yang dicurigai sebagai teroris.
Operasi pengamanan besar-besaran di kota Baghdad membuat warga Baghdad harus melewati banyak pos-pos pemeriksaan. Menimbulkan kemacetan lalu lintas di jam-jam berangkat kerja, meski kendaraan yang lalu lalang jumlahnya lebih sedikit.
Warga Baghdad juga harus siap menghadapi kemungkinan rumahnya digerebek atau hancur. Pasalnya, sejumlah pejabat keamanan mengatakan, serangan udara bisa saja dilakukan.
Kehidupan warga Baghdad jadi makin tak menentu. Apalagi tidak ada penentuan batas waktu kapan operasi pengamanan itu akan berakhir.
Menurut seorang pejabat militer Irak yang tidak mau disebut identitasnya, saat ini sudah dikerahkan dua divisi yang terdiri dari 20.000 tentara dan 50.000 pasukan dari kementerian dalam negeri.
Seragam Khusus
Komandan pasukan keamanan masyarakat Mayor Jenderal Mahdi al-Gharrawi menyatakan, operasi keamanan kali ini merupakan operasi pengamanan terbesar yang pernah di lakukan di Baghdad, sejak AS menyerahkan kedaulatan pada Irak pada Juni 2004.
"Baghdad dibagi menurut wilayah geografisnya, dan kami tahu para pemimpin al-Qaidah di masing-masing wilayah," kata al-Gharrawi.
Ia meyakini para pejuang yang menentang pasukan AS di Irak akan melakukan serangannya. "Kami menduga bentrokan-bentrokan akan terjadi di wilayah-wilayah yang didominasi Sunni," sambungnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, dalam beberapa hari ini, ada rencana untuk memberikan seragam khusus untuk memperjelas identitas pasukan yang sah.
"Akan ada seragam khusus dengan tanda khusus pula yang akan ditempelkan di kendaraan-kendaraan sebagai tanda bahwa kendaraan-kendaraan itu milik pasukan kami," ujarnya.
Sementara itu, jam malam dan larangan senjata rencananya akan mulai diberlakukan pada hari Jumat lusa. Menurut Maliki, larangan itu ditetapkan karena mulai banyak warga Irak yang membawa senjata untuk pengamanan pribadi.
Juru bicara kementerian pertahanan Irak, Mayor Jenderal Abdul Aziz Muhammad menyatakan, sepanjang pekan kemarin sudah terjadi 761 aksi serangan yang menewaskan 263 warga sipil dan melukai 301 orang lainnya. Dan sejak hari Jumat sampai Sabtu kemarin, 78 orang tersangka pelaku aksi kekerasan tewas dan 584 orang lainnya ditahan. (ln/aljz)