Dalam kunjungannya ke Singapura beberapa hari yang lalu, Uskup Canterbury menyerukan para tokoh-tokoh agama Islam mempelajari agama Kristen dan agama-agama lainnya. Seruan serupa dilontarkan oleh Syaikh Hussam-Zeddin Farfour, rektor Universitas Al-Fath dari Suriah.
Syaikh Farfour, dengan menggunakan bahasa Arab menyampaikan hal itu dihadapan 100 guru agama, bertempat di Madrasah Aljunied Al-Islamiyah, Singapura. "Wajib hukumnya bagi setiap ulama Islam untuk mengetahui ajaran agama lain sebagai salah satu prinsip dalam berdakwah, " ujarnya.
Dalam pidatonya, Syaikh Farfour juga menyoroti masalah hubungan umat Islam dan Umat Kristiani saat ini. "Sejak masa awal Islam, Paus boleh datang ke masjid-masjid. Sekarang, ada sebagian umat Islam yang melarang Paus berkunjung ke masjid-masjid, " tukasnya.
Ia melanjutkan, "Adanya agama yang berbeda-beda adalah bagian dari rencana Tuhan. Meski kita berbeda pendapat dalam masalah teologi, bukan berarti kita tidak bisa hidup berdampingan dengan damai. "
Syaikh Farfour menambahkan, biar bagaimanapun perbedaan merupakan nilai Islam yang sudah ada sejak lama dan itu tercermin dalam banyak ayat di Al-Quran. Contoh yang paling terkenal adalah perdebatan antara Nabi Musa dan Firaun, yang juga tercantum dalam alkitab.
Pada kesempatan itu, Syaikh Farfour menghimbau umat Islam untuk mulai memikirkan kembali beberapa aspek dalam Islam sebagai sebuah pembaharuan, guna menghadapi "krisis intelektual" saat ini.
Pembaharuan itu, kata Syaikh Farfour, tidak harus berdasarkan konsep-konsep Barat seperti masalah feminisme, dan tidak harus mengabaikan tradisi-tradisi Islam. Pembaharuan itu, menurutnya, sangat penting terkait dengan isu-isu kontemporer seperti asuransi, perbankan, transplantasi organ tubuh manusia dan kloning.
"Pembaharuan harus dilakukan sebelum terlambat, sehingga umat Islam juga bisa memainkan peranan penting di dunia, " tandasnya. (ln/Islamicity/channelnewsasia)