Sebanyak 25 pemimpin Muslim di Afrika, awal bulan ini menggelar pertemuan di Nairobi untuk membahas masalah khitan di kalangan wanita yang masih banyak dilakukan oleh berbagai komunitas di Afrika, khususnya di bagian selatan. Para imam ini mengatakan, bahwa praktik khitan bagi perempuan tidak termasuk dalam ajaran agama.
Dipimpin oleh Syekh Abdinasir Haji Hasan, Ketua Pengadilan Tinggi Muslim di Kenya, para imam mengatakan bahwa Islam tidak mengajarkan khitan pada perempuan. Tapi hingga saat ini, di Afrika masih banyak praktik khitan pada perempuan, dan ironisnya, khitan pada perempuan di Afrika seringkali terjadi sangat menyakitkan. Bahkan beberapa kasus menunjukkan, khitan yang dilakukan pada perempuan sampai memotong habis bagian vital organ klitoris yang mengakibatkan pendarahan hebat pada korban.
"Kami menyayangkan praktik ini masih berjalan di kalangan masyarakat kami, padahal dalam Islam sendiri, bahkan dalam al-Qur’an khitan bagi perempuan tidak diajarkan atau tidak jelas tuntunannya," ujar Syekh Hasan dalam acara workshop para ulama ini. Workshop yang disponsori oleh Comitato Collaborazione Medica, sebuah LSM Italia ini tak hanya diikuti oleh para imam, tapi juga para pemimpin masyarakat dari kelompok Kristen.
Diharapkan, usai workshop ini, para pemimpin agama turut berperan aktif melakukan kampanye pelarangan khitan bagi perempuan. Praktik khitan perempuan di Afrika, biasanya banyak terjadi pada bulan Agustus, ketika sekolah-sekolah libur dan saatnya keluarga-keluarga yang memiliki anak perempuan yang menjelang dewasa, mengkhitankan anaknya.
Kampanye pelarangan khitan perempuan ini diharapkan berjalan baik, karena menurut seorang pakar kesehatan yang turut berkampanye, Hambule Muhammad, 75% masalah kehamilan dan kelahiran di pusat-pusat kesehatan di Afrika, penyebabnya adalah ritual ini. Dikhawatirkan juga, praktik khitan yang tidak klinis menyebabkan penularan virus HIV/ AIDS karena menggunakan alat yang sama dan tidak steril.(na/str/afst)