Produk baru papan permainan yang beredar di Amerika Serikat menuai kritik karena telah dianggap anti-agama dan menggunakan serta melecehkan simbol-simbol agama dan tokoh-tokoh agama. Dalam papan permainan itu, nabi-nabi dan pemuka agama itu digambarkan sebagai orang-orang yang menggunakan kekerasan untuk memenangkan peperangan agama mereka.
Papan permainan yang diberi nama "The Playing Gods: The Board Game of Divine Domination" ini, oleh pembuatnya diklain sebagai papan permainan permainan pertama di dunia yang menyindir agama yang saling berperang memperebutkan pengaruh di tengah umat manusia.
"Ini adalah permainan anti orang-orang yang fanatik pada agamanya. Banyak kekerasan yang terjadi di dunia, berakar pada masalah agama," klaim Ben Radford yang mendisain permainan tersebut.
Dalam permainan tersebut, para pemainnya menggunakan patung-patung kecil terbuat dari plastik setinggi tiga inci yang digambarkan sebagai figur-figur dari agama seperti Budha, Kristen dan Islam yang sedang terlibat peperangan. Tokoh Yesus misalnya, digambarkan sedang memukul orang dengan menggunakan salib, Nabi Musa diceritakan menyebarkan tablet Sepuluh Perintah Tuhan dan ada figur Rasulullah Muhammad Saw yang digambarkan mengenakan sorban membawa bom dan pedang.
Aturan permainannya, selama peperangan, para pemainnya harus bisa mengubah agama atau membunuh orang untuk memenangkan permainan. Para pemainnya menggerakan figur-figur berupa patung-patung kecil tadi berdasarkan kartu permainan yang tersedia. Di kartu permainan tersebut terdapat perintah apa yang harus dilakukan pemainnya, mengubah agama orang atau membunuh.
Dalam salah satu kartu permainan misalnya, tertulis perintah, "Tertekan karena rasa bersalah, membuat jutaan orang depresi dan melakukan bunuh diri. Bunuh tiga orang Kristen." Di kartu lainnya tertulis,"Perang melawan teror yang tiada akhir telah memberikan pekerjaan tetap bagi para teroris. Habisi tiga orang Muslim."
Para pakar di AS mengecam produk permainan yang dinilai telah menyebarkan sentimen anti-agama. "Menyinggung perasaan orang, khususnya para penganut agama Budha, Kristen atau Islam … nampaknya menjadi strategi pemasaran mereka," kata Drew Koehler, pendiri dan penulis senior di Christian-gaming.com pada USA Today.
Menurut Koehler, perusahaan pembuat papan permainan itu sedang memanfaatkan fenomena anti-agama yang sedang menggejala saat ini untuk kepentingan bisnis.
Pendapat itu diamini Carl Raschke, seorang profesor bidang keagamaan di Universitas Denver. Ia mengatakan Permainan itu tidak punya dasar baik secara historis maupun realitas dan tidak mewakili agama apapun.
"Permainan tersebut hanya ingin mengajak orang untuk mulai membenci agama, sebuah ajakan yang populer di kalangan orang-orang ateis," kata Raschke.
Orang yang membuat permainan itu, tambah Raschke, tidak lebih baik dari orang-orang yang disebut fanatik oleh para pembuat permainan itu. (ln/iol)