Putra mahkota Bahrain menolak undangan menghadiri pernikahan kerajaan Inggris, karena kerusuhan yang sedang berkecamuk di kerajaan Teluk itu.
Keputusan Pangeran Salman bin Hamad Al-Khalifa pada hari Minggu, di tengah munculnya kritik oleh para aktivis yang marah akibat kekerasan yang terjadi selama berlangsungnya aksi protes oleh gerakan oposisi di Bahrain. Para aktivis mengecam penumpasan yang dilakukan oleh pemerintah Bahrain terhadap kaum oposisi.
Pangeran Salman al-Khalifa menunda keberangkatannya dan menyatakan penyesalannya, ketidak hadirannya pada pernikahannya putra mahkota kerajaan Inggris, Pangeran William dan Kate Middleton, yang akan berlangsung 29 April mendatang.
Putera Mahkota Bahrain menolak menghadiri pernikahan Pangeran William dan Kat Middleton itu, karena merasa malu setelah tindakan represif terhadap kelompok Syiah di Bahrain, yang menyebabkan sedikitnya 24 orang tewas. Bahrain sedang menghadapi goncangan politik yang dahsyat, akibat pembrontakan kelompok Syiah di negeri itu. Pangeran Salman al-Khalifa akan terus menghadapi goncangan politik, menyusul aksi-aksi protes dari mayoritas Syiah di negeri itu, yang menuntut perubahan politik di negeri itu.
Pangeran Salman al-Khalifa termasuk diantara salah satu dari lebih dari 40 penguasa dari kerajaan-kerajaan yang diundang untuk menghadiri pesta pernikahan kerajaan Inggris di Westminster Abbey pada hari Jumat.
Pengumuman dari kerajaan Bahrain tentang ketidak hadiran itu terjadi saat media pemerintah Bahrain melaporkan bahwa seorang jaksa penuntut militer telah memvonis tujuh pengunjuk rasa anti-pemerintah dengan hukuman mati. Para demonstran divonis bersalah, karena dituduh membunuh dua petugas polisi dalam protes pro-demokrasi.
Sementara itu, dokter untuk Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi non-pemerintah yang berbasis di AS, mengeluarkan laporan pada hari Jumat, dan mengecam pasukan keamanan Bahrain yang dituduh melakukan "serangan sistematis", ujar seorang staf medis di negeri Teluk itu. (mh/aljz)