Liputan media stasiun televisi Arab Saudi, Al-Arabiya, di satu sisi memfokuskan serangan udara Israel di Gaza, namun juga menunjukkan tayangan di kota-kota Israel di mana warganya mencari perlindungan dari serangan roket Hamas dan saat sirene dibunyikan.
Sky News Arabia, yang berbasis di Uni Emirat Arab, juga terfokus ke Gaza, namun juga mencantumkan pernyataan-pernyataan Israel bahwa mereka menargetkan serangan atas panglima-panglima perang Hamas.
Sedangkan Qatar, yang bersama dengan Yordania dan Mesir tengah berupaya memediasi untuk mengakhiri konflik, punya hubungan dekat dengan Hamas, yang tercermin dalam liputan televisi yang tengah berlangsung di negara itu.
Jadi, bagaimana konflik ini mempengaruhi hubungan antara Israel dengan negara-negara Arab yang jadi mitranya di jangka panjang.
Ini sebagian besar tergantung pada sampai kapan konflik berlangsung dan apakah korban jiwa terus berjatuhan.
Pemerintah negara-negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel tahu, bahwa mereka bakal meraup manfaat dari pemulihan hubungan itu, terutama di bidang teknologi tinggi, namun tidak sampai harus mengabaikan keresahan di dalam negeri atas konflik di Timur Tengah.
Jadi, untuk saat ini, mereka jangan sampai terlihat dekat dengan negara yang membunuh banyak orang Palestina, apapun provokasi dari Hamas.
“Tidak mungkin bagi UEA akan keluar dari Kesepakatan Abraham,” kata Michael Stephens. “Namun hubungannya akan jadi menggantung hingga situasi mereda.”
Dalam kata lain, kontak-kontak bilateral tetap akan berlangsung tertutup alias di balik layar setelah berbagai upaya yang mereka lakukan bertahun-tahun.
Namun, hari-hari yang penuh senyum maupun menggelar acara jumpa pers diplomatik secara bersama-sama kemungkinan besar mustahil dilakukan saat ini.(dtk)