Setelah mengungkapkan kepada rakyat mereka mengenai manfaat kerja sama dengan Israel di bidang perdagangan, pariwisata, riset medis, ekonomi hijau, dan pembangunan saintifik, negara-negara Arab itu kini dalam situasi yang janggal saat tayangan televisi selama 24 jam menunjukkan aksi Israel membombardir Gaza, mengusir warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur, serta mengerahkan polisi ke kompleks suci Masjid Al-Aqsa pekan lalu.
Bagaimana sikap Arab Saudi?
Arab Saudi, yang ditekan Amerika Serikat agar segera ikut menormalisasi hubungan dengan Israel, saat ini bernapas lega setelah mereka tidak langsung menuruti. Mungkin juga Arab Saudi tak kunjung menormalisasi hubungan dengan Israel karena situasi yang terjadi sekarang bisa muncul sewaktu-waktu.
Yerusalem, yang menjadi tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Mekah dan Madinah, selalu mendapat perhatian yang besar bagi umat Muslim di penjuru dunia, sehingga kejadian seperti di Masjid Al-Aqsa itu telah menyentuh nurani Arab Saudi dan lain-lainnya di Timur Tengah.
Pemerintah Bahrain pun sudah mengeluarkan pernyataan pekan ini yang menegaskan lagi dukungannya bagi perjuangan bangsa Palestina.
Siapa Hamas dan bagaimana kiprahnya?
Michael Stephens, peneliti dari Royal United Services Institute yang berbasis di London, menilai bahwa pandangan negara-negara Arab yang jadi peserta Kesepakatan Abraham bahwa mereka akan memberi pengaruh bagi Israel dalam membantu perjuangan Palestina, telah pupus.
Bahkan imbauan dari Presiden AS saat ini, Joe Biden, dalam mengendalikan situasi itu tampaknya tidak banyak berpengaruh saat ini.
Sebagian besar pemerintah negara-negara Arab di Teluk selama ini kurang suka dengan Hamas, kelompok bersenjata dukungan Iran yang telah menembakkan lebih dari 1.000 roket dan rudal dalam beberapa hari terakhir ke kota-kota di Israel.
Karena itu, simpati dan dukungan dari negara-negara Arab itu pun lebih ditujukan kepada rakyat Palestina pada umumnya.
Jadi, bila sebelumnya ada keengganan dari Palestina untuk menerima kenyataan bahwa ada negara-negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel untuk kali pertama dalam beberapa puluh tahun terakhir, maka konflik yang saat ini terjadi justru memperdalam sikap skeptis itu.
Liputan media Arab
Arab, IsraelAFPKekerasan di Timur Tengah terjadi beberapa pekan setelah maskapai Etihad asal Uni Emirat Arab memulai rute penerbangan langsung ke Israel.
Namun, liputan media massa negara-negara Arab atas konflik itu tidak selalu berat sebelah seperti yang terjadi di konflik-konflik Arab-Israel sebelumnya.