Pakistan berencana untuk mendukung Taliban membuka kantor perwakilan (kedutaan) di Turki untuk membantu pembicaraan mengakhiri invasi Afghanistan, ujar seorang pejabat Pakistan hari Kamis kemarin, bersamaan dengan kunjungan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari ke Ankara.
Para pengamat mengatakan bahwa setiap solusi untuk konflik Afghanistan kemungkinan akan membutuhkan dukungan dari Pakistan.
"Pakistan tidak merasa keberatan untuk dibukanya kantor perwakilan Taliban di Turki," kata pejabat itu, yang tidak mau disebutkan namanya.
"Kami tidak menentangnya. Selama ada yang bertanggungjawab dari orang-orang Afghanistan dan pemerintah Afghanistan kita tidak akan menentangnya," kata pejabat itu kepada Reuters.
Selama berlansungya pertemuan antara para pejabat Pakistan – Turki telah dibahas yang terkait dengan pertemuan puncak trilateral (tiga negara) pada bulan Desember yang lalu, antara Turki, Afghanistan dan Pakistan di Istanbul, di mana Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengatakan Kabul akan menyambut tawaran oleh Turki dimaksudkan untuk memudahkan pembicaraan dengan Taliban.
Zardari, yang berada di Turki untuk kunjungan kenegaraan, menolak berkomentar saat konferensi pers pada hari Rabu dengan mitra Turki Abdullah Gul ketika ditanya apakah memang ada kemajuan pembicaraan dengan diiizinkannya Taliban membuka kantor tersebut di Turki?
Gul, yang ditanya pertanyaan yang sama, juga menolak memberikan komentar tetapi mengatakan: "Kontribusi kami ke Afghanistan akan selalu dalam konteks kerjasama dengan pihak berwenang Afghanistan."
Seorang pejabat kementerian luar negeri Turki, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters, Kamis: "Tidak ada aplikasi (untuk membuka kantor Taliban) dan belum ada keputusan yang telah diambil. Kami akan mengevaluasi saat ada semacam permintaan.. "
Mantan Presiden Afghanistan, Burhanuddin Rabbani, yang memimpin sebuah dewan yang bertugas mulai pembicaraan damai dengan pemberontak yang dipimpin Taliban, mengadakan pembicaraan dengan pejabat pemerintah Turki pada bulan Februari lalu, yang bertujuan untuk membuka hubungan diplomatik antara Taliban dengan Turki.
Sebuah pernyataan bersama setelah pembicaraan mereka mengatakan Afghanistan dan Turki akan bekerja "dengan semua pihak yang berkepentingan dalam memajukan proses perdamaian dalam rangka untuk memastikan hasil yang sukses".
Turki, negara Muslim terbesar yang menjadi anggota NATO, memiliki pasukan yang memiliki peran non-militer (combattan) dengan pasukan NATO di Afghanistan, dan juga telah memiliki kontak yang tetap antara pejabat militer Pakistan.
Sementara pimpinan pasukan NATO di Afghanistan juga mencari solusi politik. Penyelesaian politik dipandang sebagai langkah alternatif yang sekarang ini sedang digalang pemerintah.
Presiden AS Barack Obama telah berjanji untuk mulai menarik keluar pasukan AS pada tahun 2011, dan NATO telah setuju untuk mengakhiri operasi tempur dan keamanan tangan ke Afghanistan pada akhir 2014. (mh/wb)