Pakistan Klaim Usamah bin Ladin Sudah Tewas

Presiden Pakistan Asif Ali Zardari meyakini pimpinan jaringan al-Qaidah, Usamah bin Ladin kemungkinan sudah tewas. Menurut Zardari, berdasarkan laporan agen-agen intelejen Pakistan, Usamah sudah tidak eksis lagi.

"Agen-agen intelejen kami meyakini bahwa Usaman tidak eksis lagi, dia sudah meninggal," kata Zardari pada para wartawan di Islamabad hari Senin (27/4). Tapi Zardari tidak bisa memberi bukti yang menunjukkan bahwa Usamah memang sudah tewas.

Zardari menyatakan keyakinannya bahwa Usamah sudah tidak eksis lagi setelah salah seorang juru bicara Taliban Pakistan, Muslim Khan mengatakan bahwa Taliban Pakistan siap menerima para jihadis dari Arab termasuk Usamah, jika mereka ingin menetap di wilayah Swat yang menjadi basis para militan Taliban di Pakistan.

"Usama boleh datang ke sini seperti seorang saudara, mereka boleh tinggal dimana saja yang mereka inginkan," kata Khan pekan kemarin.

Usamah bin Ladin adalah pimpinan al-Qaidah yang oleh Barat dituding sebagai dalang serangan 11 September 2001 ke AS. Belakangan tersiar kabar bahwa pimpinan al-Qaidah itu mengalami sakit berat. Namun stasiun televisi Al Jazeera beberapa kali menayangkan rekaman video yang diduga suara Usamah.

Sekutu Pakistan dalam "perang" melawan Taliban dan al-Qaidah, AS tidak begitu saja percaya pernyataan Zardari. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Robert Wood langsung mengomentari pernyataan itu dengan penegasan bahwa AS tidak akan menghentikan perburuannya untuk menangkap Usamah.

"Saya tidak punya informasi yang mengindikasikan bahwa Usamah bin Ladin masih hidup atau sudah tewas," kata Wood hari Senin kemarin.

Pada saat yang sama, Menlu AS Hillary Clinton justeru mengakui bahwa AS punya andil dalam menciptakan kelompok-kelompok yang oleh AS sekarang dianggap sebagai kelompok teroris, seperti al-Qaidah dan Taliban.

"Kita ingat lagi, orang-orang yang hari ini kita lawan adalah orang-orang yang kita beri bantuan dana sekitar 20 tahun yang lalu. Kita melakukannya karena menghadapi jalan buntu dalam menghadapi Uni Soviet," kata Clinton saat menjelaskan tentang keberadaan para militan di Pakistan yang dihubungkan dengan perang AS melawan Uni Soviet beberapa puluh tahun yang lalu, dengan bantuan para "ekstrimis" dari Afghanistan. (ln/prtv)