"Pakistan Bukan Satu-Satunya Tempat Sembunyi Usamah Bin Ladin"

Dalam wawancara dengan majalah Time, Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani mengatakan, Pakistan bukan satu-satunya tempat persembunyian Usamah bin Ladin. Gilani mengklaim, setelah "keluar" dari Afghanistan, ada dugaan Bin Ladin juga pergi ke Yaman untuk mencari istri lagi.

Menurut Gilani, ia baru-baru ini menerima pesan kabel dari kedutaan besar Pakistan di Suriah yang melaporkan bahwa adik istri kelima Bin Ladin berkewarganegaraan Yaman dan pernah tinggal di Damaskus. Kedubes Pakistan di Suriah juga pernah mengontaknya.

Pesan kabel itu juga menyebutkan bahwa adik ipar perempuan Bin Ladin itu mengatakan kalau Bin Ladin menikahi kakak perempuannya bernama Aml Ahmed di Yaman pada tahun 2002. "Itu setelah peristiwa serangan 11 September 2001. Diplomat kami di Suriah mengatakan bahwa mereka punya bukti itu," kata Gilani pada Time.

Dengan adanya laporan ini, tambah Gilani, berarti pada tahun 2002 Bin Ladin ada di Yaman, bukan di Pakistan.

Aml Ahmed disebut-sebut sebagai istri Bin Ladin yang ikut ditembak saat penyerbuan pasukan Navy Seal AS menyerbu sebuah rumah bertingkat tiga di Abbotabad, Pakistan pada 2 Mei kemarin. Rumah itu diklaim AS sebagai tempat persembunyian Bin Ladin selama ini. Saat penyerbuan, Aml dan Bin Ladin sedang berada dalam kamar tidur, sebelum akhirnya keduanya ditembak oleh pasukan Navy Seal.

Dalam wawancara dengan Time, Gilani kembali mengungkapkan keraguannya bahwa Bin Ladin sudah bersembunyi di Abbotabad selama enam tahun terakhir. "Klaim itu tidak bisa dipercaya. Teroris biasanya tidak menetap di suatu tempat lebih dari 15 hari," tukas Gilani.

Ia mengatakan, pertama kali diberitahu tentang penyerbuan pasukan AS yang menyebabkan tewasnya Bin Ladin, sekitar pukul 02.00 pagi. Kepala Angkatan Bersenjata Pakistan Jenderal Ashfaq Parvez Kayani yang memberitahunya lewat telpon dini hari itu. Gilani lalu memerintahkan menteri luar negerinya untuk meminta penjelasan dari Dubes AS Cameron Munter.

"Sejak menerima berita itu, saya tidak pernah bertemu atau bicara dengan pejabat AS. Kami cuma mendapatkan semua informasi dari media," kata Gilani. (ln/Ynet)