Pakistan Berubah Berkiblat ke Cina?

AS menjanjikan bantuan $ 2 milyar kepada militer Pakistan, saat delegasi tingkat tinggi mereka berada di Washington pekan lalu. Ini hanyalah untuk menutupi ketegangan hubungan antara Islamabad dengan Washington. Ketegangan hubungan antara Islamabad dan Washington itu, dipicu oleh sebuah laporan Gedung Putih kepada Kongres pada awal Oktober, yang menuduh militer Pakistan memiliki hubungan dengan Taliban dan Al-Qaidah.

Kemarahan pemerintah Pakistan, karena di tuduh oleh AS gagal untuk melakukan perannya dalam membantu perang AS di Afghanistan. Kecurigaan Washington terhadap militer Pakistan yang terlibat dengan Taliban dan Al-Qaidah itu, nampaknya akan membalikkan hubungan bilateral kedua negara. Dan tekanan yang dilakukan Washington terhadap Islamabad itu, justru membuat Pakistan mulai mengalihkan pandangan ke Beijing.

Islamabad sekarang menghadapi persoalan dalam negeri yang lebih pelik, di mana sentimen anti-Amerika di negara ini sangat tinggi. Hal ini disebabkan banyaknya korban sipil dikalangan rakyat di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan, akibat serangan udara pesawat tanpa awak (drone). Kemarahan rakyat Pakistan ini mengakibatkan menambah memburuknya hubungan antara Islamabad dengan Washington. Selain itu, Islamabad juga marah dengan kunjungan Presiden Barack Obama ke India yang berlangsung pekan ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan TIME dilakukan akhir September, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengeluhkan kerjasama nuklir antara AS-India, yang sudah dimulai sejak pemerintahan Bush.

Tetapi, Washintong tidak melakukan kesepakatan dengan Islamabad. Sebaliknya fihak Washington terus melakukan langkah-langkah yang dapat membahayakan kepentingan nuklir Pakistan. Washington juga mengkawatirkan tentang kemungkinan nuklir Pakistan akan jatuh ke pihak jihad, karena Washington mencuragai hubungan antara pihak intelijen Pakistan (ISI) dengan kelompok-kelompok jihad. "Kami adalah sekutu tradisional AS, sedangkan India merupakan sekutu Soviet," kata Qureshi. "Sejak pendekatan berubah AS, maka pendekatan Amerika telah berubah banyak terhadap India", ujar Qureshi.

Pergeseran kebijakan Washington yang mengubah persepsinya terhadap India telah membuat sebagian kalangan elit Pakistan, khususnya dalam lembaga keamanan yang mempunyai pengaruh kuat, mengakibatkan mereka mulai mengubah arah kebijakan yang akan lebih menekankan pada hubungan Islamabad dengan Beijing. Hubungan persahabatan Pakistan dan Cina, boleh dikatakan telah mengalami "segala cuaca", sejak  era perang dingin.

Pada Februari 2010, Cina telah menyepakati untuk membangun dua reaktor nuklir di Pakistan, dan sebuah langkah diplomasi yang strategis, saat terjadinya kesepakatan India-AS. Dan bulan lalu, sebuah laporan yang bocor menyatakan bahwa China National Nuclear Corporation (CNNC) telah melakukan pembicaraan lanjutan dengan pihak berwenang Pakistan untuk membangun fasilitas besar nuklir baru satu-gigawatt.

Selain investasi energi nuklir, China juga membangun bendungan, membangun infrastruktur dan eksplorasi logam mulia, mengembangkan pelabuhan laut dalam yang sangat strategis Gwadar, yang berfungsi sebagai saluran utama untuk perdagangan ke Asia Tengah, di mana Gwadar akan menggantikan pelabuhan India yang mulai memudar.

Namun, kata C. Christine Fair, pakar urusan politik dan militer Asia Selatan  di Georgetown University, menilai hubungan antara Sino-Pakistan adalah ilusi. "China melakukan apa yang ada dalam kepentingan strategisnya, dan menggunakan Pakistan tidak lebih dan tidak kurang dari menghadapi Arab Saudi dan AS," katanya.

Pakistan, tetap, sebuah bidak catur yang dapat digunakan Cina, yang tujuannya masuk ke wilayah ke Asia Selatan dan Tengah – yang berkaitan dengani pembangunan pipa melalui sejumlah republik Soviet, yang akan melalui wilayah Pakistan. (m/time)