Arzu Merali, juru bicara Islamic Human Rights Commission yang berbasis di London menilai paket test bagi para calon imigran yang diberlakukan pemerintah Belanda merupakan bentuk Islamphobia.
"Umat Islam bukan hanya tidak diterima.tapi warga Muslim yang sudah lebih dulu berada di sana tidak bersesuaian dengan ide tentang apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang warga negara," ujar Merali.
Kecaman Merali cukup beralasan, pasalnya dalam paket test calon imigran yang mulai diberlakukan akhir bulan Maret kemarin, calon imigran diwajibkan menonton film yang menampilkan adegan ciuman dua orang gay dan gambar wanita yang sedang berjemur di bawah sinar matahari dengan bagian dada terbuka.
Menurut para kritikus, film-film itu sengaja dimasukkan dalam paket test untuk mengecilkan hati para calon imigran dari negara-negara Muslim. Film-film itu telah disediakan di 138 kedutaan besar Belanda di Timur Tengah dan Asia.
Juru bicara kementerian kehakiman Belanda bidang kebijakan integrasi, Maud Bredero menolak tudingan Merali. Ia menegaskan, paket test calon imigran itu bukan untuk mendiskreditkan umat Islam. Tapi pada kenyataannya, paket test menonton film bernuansa porno itu tidak berlaku bagi para calon imigran dari negara-negara Uni Eropa, AS, Kanada, Australia, New Zealand dan Jepang.
Menurut data Biro Pusat Statistik Belanda, dari total jumlah warga negara asing yang tinggal di Belanda, 54 persen di antaranya adalah warga Muslim yang mayoritas berasal dari Turki, Afrika, Amerika Latin dan Asia.
Menteri Imigrasi Belanda Rita Verdonk beralasan, inisiatif menampilkan film-film berbau pornografi itu bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Belanda.
Setelah menonton film yang berdurasi lebih dari satu setengah jam dan tersedia dalam berbagai bahasa ini, para calon imigran diharuskan mengikuti test pengetahuan umum tentang negeri Belanda dengan biaya 417 dollar dan test pengetahuan tentang budaya Belanda. Para peserta test harus memiliki pengetahuan dasar Bahasa Belanda.
Ahli teologi Belanda, Karel Steenbrink menilai kebijakan test yang ditetapkan oleh Rita Verdonk sebagai hal yang ‘aneh’. "Dia melihat isu imigran hanya dari sisi keamanan dan bagaimana, kurang lebihnya membuat Belanda menjadi negara yang paling bisa diandalkan. Verdonk tidak melihat imigran sebagai orang-orang yang makin memperkaya budaya dan negara kita, itulah sebabnya dia memerintahkan film ini sebagai bagian dari test," papar Steenbrink di Universitas Utrecht, Belanda.
Ia menilai kebijakan penayangan film bagi calon imigran itu juga sebagai hal yang lucu."Di Belanda, anda bisa melihat orang berjemur dengan dada terbuka hanya beberapa minggu dalam setahun karena di sini cuacanya sangat dingin. Lagipula hanya di tempat-tempat terbatas. Anda jarang melihat hal seperti itu di sini," katanya sambil tertawa.
"Verdonk tahu reaksi atas film itu adalah ketakutan, marah…. dan dia suka itu," tambah Steenbrink.
Apa Jadinya Belanda Tanpa Imigran
Lebih lanjut Steenbrink mengatakan, paket test calon imigran seperti film porno, kursus bahasa Belanda, tingginya biaya visa dan lain sebagainya, telah menyebabkan menurunnya jumlah imigran bahkan para pencari suaka. Mengutip data dari Biro Pusat Statistik, Steenbrink mengungkapkan bahwa jumlah imigran menurun sebesar 25 persen pada tahun 2005 lalu.
Hal ini sebenarnya akan menimbulkan persoalan bagi Belanda, karena prosentase penduduknya yang berusia 75 tahun ke atas makin meningkat. Belanda tidak akan bisa mempertahankan negaranya, dalam jangka pendek dan panjang masyarakat Belanda akan menghadapi banyak persoalan jika tidak menerima banyak imigran.
Namun Bredero menolak anggapan itu. Ia menyatakan, Belanda bukan bermaksud untuk mengurangi jumlah pendatang baru, tapi lebih pada upaya mendorong mereka untuk belajar tentang negara Belanda dan bahasanya agar para imigran itu mendapatkan posisi yang lebih baik di masyarakat.
"Banyak para imigran yang hidup di rumah-rumah yang kumuh dan tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya. Banyak di antara para imigran yang terisolasi karena kendala bahasa. Atas dasar ini, pemerintah Belanda menginginkan para imigran untuk belajar banyak tentang Belanda dan bahasanya sebelum tinggal di sini," kata Bredero.
Emcemo, organisasi yang banyak membantu para imigran di Belanda menolak alasan Bredero. Menurut Encemo, paket test imigran itu dibuat untuk memprovokasi dan hanya punya satu tujuan yaitu menyetop arus imigran khususnya warga Muslim dari negara Maroko dan Turki. (ln/aljz)