Pakar Terorisme: Norwegia Harus Pantau Kelompok Nasionalis Kristen dan Gereja

Aksi terorisme Anders Behring Breivik di Norwegia menjadi tamparan para pemimpin dan masyarakat Barat yang selama ini mengindetikkan terorisme dengan Islam dan Muslim. Terkait peristiwa itu, profesor bidang Politik Internasional, yang juga pakar terorisme dan kekerasan politik dari Universitas Aberystwyth, Inggris Richard Jackson menyampaikan pesan khususnya pada perdana menteri Norwegia Jens Stoltenberg.

Dalam surat terbuka yang ditulis di blognya, Jackson merekomendasikan PM Stoltenberg menginstruksikan aparat keamanan Norwegia untuk mewaspadai anak-anak muda Kristen, berkulit putih dan berambut pirang–seperti sosok Anders Behring Breivik.

"Panggil mereka ke kantor-kantor polisi lokal untuk diinterogasi, cegat mereka secara random di bandara dan stasiun-stasiun kereta api. Mereka harus ditanyai seberapa sering pergi ke gereja, situs apa yang mereka kunjungi, buku apa yang mereka baca, apakah mereka anggota dari kelompok nasionalis, dan keyakinan apa yang mereka anut. Mereka harus secara hati-hati dipantau untuk melihat adanya tanda-tanda religiusitas yang kuat dan keterlibatan politik mereka misalnya dalam aksi-aksi demonstrasi, protes atau penulisan surat. Mereka juga harus diperintahkan untuk memberitahukan agama mereka sebelum naik ke pesawat penerbangan internasional," tulis Jackson.

Jackson menyatakan, aparat keamanan Norwegia mungkin perlu menahan tanpa batas waktu, seorang Kristiani yang dianggap akan menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional, sampai benar-benar yakin bahwa orang yang bersangkutan memang aman jika dibebaskan kembali ke tengah masyarakat.

Lebih jauh, Jackson menyarankan agar aparat keamanan Norwegia juga mengawasi dengan ketat dan memantau khutbah-khutbah dan pandangan-pandangan yang diberikan gereja-gereja, termasuk pandangan para politisi partai nasionalis atau pemikiran-pemikiran kelompok-kelompok "Viking Swimmers"–sebutan untuk mereka yang memiliki kecenderungan memiliki pandangan nasionalis sempit dan kemungkinan mendapatkan semacam pelatihan para militer.

Jackson juga mengingatkan institusi pendidikan tinggi untuk berperan memantau munculnya kelompok-kelompok nasionalis ekstrim di kampus masing-masing.

"Universitas-universitas harus didorong untuk melapor jika ada pernyataan-pernyataan dari kelompok Kristen atau kelompok nasionlis yang ekstrim. Mereka selayaknya tidak menerima orang-orang dari kalangan Kristen fundamentalis bicara di kampus-kampus. Selain itu, situs-situs milik kelompok sayap kiri dan kelompok Kristen fundamentalis juga harus diblokir, serta perlu ada aturan hukum baru yang melarang orang untuk menyebarluaskan dan mengagung-agungkan sikap nasionalisme yang ekstrim dan fundamentalisme kekristenan," tulis Jackson.

Lebih lanjut Jackson berpesan bahwa pemerintah Norwegia perlu membuat program antiradikalisme Kristen yang didanai pemerintah, bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis yang moderat dan pemuka Kristen yang lebih liberal. Tujuannya, untuk mencegah anak-anak muda kulit putih yang berada dalam komunitas Kristen nasionalis agar tidak terjebak dalam tindakan ekstimisme.

"Para pendeta harus didorong agar menyerukan perlawanan terhadap fundamentalisme dan nasionalisme, serta harus menunjukkan loyalitas mereka pada nilai-nilai Barat. Jelas sudah bahwa nasionalisme dan kekristenan ibarat lajur untuk melakukan tindakan kekerasan yang ekstrim dan terorisme," tukas Jackson. (kw/RJTB)