Negara Islam di Irak dan Suriah (IS) sering digambarkan oleh negara negara di dunia sebagai milisi Islam yang paling menakutkan dibandingkan dari semua ancaman global oleh al-Qaida yang pernah dilakukan sebelumnya .
IS digambarkan pula sebagai pihak yang telah berhasil merebut bagian dari Irak dan Suriah, yang memiliki pengaruh loyalitas beberapa ribu mujahidin , dan memanfaatkan perpecahan di antara para pesaing mujahidin lainnya , dan gerakan penyebarluasan video video yang menggetarkan para musuhnya di media sosial.
Bahkan Presiden Barack Obama menguraikan rencananya pada hari Rabu untuk perluasan militer dan upaya politik untuk memerangi IS di Suriah dan Irak, menjelaskan keterlibatan jangka panjang oleh AS dan sekutunya untuk menghancurkan IS di negara tersebut.
Charles Lister, di Brookings Doha Center, menganalisa kekuatan Negara Islam – yang dikenal dunia dengan akronim ISIS – terletak pada sentralisasi perintah dan loyalitas di dalam organisasinya.
Yang membedakan kelompok jihad ini (IS) dengan kelompok jihad yang lain , bahwa banyak kelompok mujahidin lainnya kewalahan karena lamanya konflik bertahun-tahun. Dalam kasus pemberontak Suriah, ada perpecahan internal di kelompok mujahidin yang telah menghambat tujuan mereka. Sedangkan para Mujahidin IS sangat gencar melancarkan kampanye media sosial yang agresif. Mereka telah merilis laporan dengan informasi rinci tentang penaklukan dan pertempuran, dan memposting video berkualitas tinggi yang sering memberikan bukti visual atas kegiatan mereka di daerah-daerah yang telah mengalami vakum media , karena para jurnalis asing merasakan risiko menjadi terlalu besar bila masuk ke wilayah konflik .
Menurut seorang pejabat senior intelijen Irak, IS memiliki lebih dari 27.600 mujahidin yang beroperasi di Irak, diantaranya ada sekitar 2.600 berasal dari Mujahidin asing.
Sedangkan komposisi lainnya dari pihak pihak yang terlibat konflik , ada jumlah personil Militer Syiah Irak dan polisi diperkirakan lebih dari 1 juta prajurit . Tentara Syiah Assad diperkirakan memiliki kekuatan 300.000 tentara. Dan ada lebih dari 100.000 mujahidin pemberontak Suriah, termasuk di anataranya Jabhah Nusra yang terkait al-Qaida , dan ada Puluhan ribu pasukan Peshmerga Kurdi di Irak.
Kelemahan terbesar Negara Islam satu satunya adalah bahwa mereka tidak memiliki sarana pertempuran kekuatan udara yang memadai , yang berarti bahwa serangan udara AS dapat dengan mudah menghancurkan kemampuannya.
Namun, Mujahidin Negara Islam telah mengumpulkan sejumlah besar senjata dan perangkat keras yang direbut dari instalasi militer Irak dan Suriah dalam beberapa bulan terakhir.
Pejabat Irak, yang menolak namanya untuk diidentifikasi karena ia tidak berwenang untuk menyampaikan kepada media, mengatakan kepada Associated Press bahwa Negara Islam memiliki ribuan pucuk Senapan Kalashnikov, senapan mesin, senjata anti-pesawat dan mortir, 35 tank militer Irak , 80 kendaraan lapis baja dan ratusan Humvee.
Selain itu, Negara Islam setelah menguasai kota Raqqa di Suriah,mereka juga telah merebut beberapa rudal Scud.
Richard Brennan, ahli politik Irak di RAND Corporation dan mantan pejabat Departemen Pertahanan AS, mengatakan Negara Islam telah menguasai senjata artileri 155mm howitzer buatan AS yang sebelumnya diamanahkan kepada tentara tentara Irak . Dan juga menguasai beberapa tank buatan Soviet. Mereka juga menyita beberapa senjata berat, termasuk senapan mesin kaliber 50.
Bahkan negara Islam juga memiliki pesawat MiG 21s yang direbut ketika mereka berhasil menyerbu pangkalan udara tentara Suriah di Tabqa bulan lalu.
Mujahidin Negara Islam juga telah menunjukkan kemampuan untuk mengoperasikan drone , seperti yang disiarkan dalam video mujahidin Negara Islam yang menduduki kota Fallujah.
“Mereka cukup signifikan dalam hal menambah kemampuan organisasi untuk membombardir target sebelum mereka lakukan penyerangan,” ujar Richard. (Arby/Dz)