Oxford Research Group (ORG) yang berbasis di kota London Inggris mengeluarkan kesimpulan analisanya terhadap perang anti terorisme yang digagas AS selama ini. Menurutnya, “Perang terhadap terorisme yang dikomandani AS justru menyuburkan ancaman organisasi Al-Qaidah dan berbagai gerakan teroris lain di dunia. ”
Paul Rogers, salah satu tokoh ORG mengatakan, “Semua indicator perang melawan terorisme, tidak memperoleh hasil apapun di Irak dan Afghanistan. Tapi hanya membunuh orang sipil, dan menangkap puluhan ribu orang lainnya tanpa proses pengadilan.
Singkatnya, tidak ada yang dihasilkan dari perang melawan terorisme kecuali bencana belaka. ” Menurut kajian yang dilakukan ORG dengan tajuk “"Towards Sustainable Security – Alternatives to the War on Terror" (Menuju Keamanan Permanen, Alternatif terhadap Perang Melawan Terorisme), disebutkan bahwa perang melawan terorisme yang dimulai sejak enam tahun lewat, telah gagal mencapai hasil yang diinginkan.
Roger lalu meminta agar Negara-negara yang berkoalisi dalam perang itu bertanggung jawab atas berbagai penderitaan dunia yang terjadi. Ia mengatakan, “Negara-negara Barat secara sederhana telah melakukan kesalahan telak yang dilakukan sepanjang enam tahun.
Dan karenanya, mereka harus melakukan strategi politik yang baru. ” Menurut Roger, langkah menjatuhkan pemerintahan Thaliban melalui operasi militer tahun 2001-2002 adalah justru bukti kegagalan Negara Barat dalam memberi keamanan di Afghanistan.
Selain itu Roger juga menyoroti masalah penangkapan massal yang dilakukan pasukan AS dan sekutunya di Afghanistan, tanpa melalui proses pengadilan. Ada puluhan ribu orang yang ditangkap dan disiksa di penjara, diperlakukan sangat tidak terhormat, dan dijatuhi hukuman khusus. Menurut Roger, itu semua justru menyuburkan gerakan terorisme itu sendiri.
Roger juga mengkaji bagaimana pada akhirnya perang terhadap terorisme itu justru memperkokoh dan menguatkan organisasi Al-Qaidah. “Akibat serangan militer AS, justru memunculkan banyaknya lokasi pelatihan jihad yang merekrut para pemuda yang simpatik dengan Al-Qaidah. Kondisi ini sama seperti yang pernah dilakukan oleh Uni Soviet dalam menguasai