Dua biarawati, Ardeth Platte dan Carol Gilbert, harus menerima perlakuan pahit dari pemerintah negaranya sendiri, AS. Nama mereka dimasukkan ke dalam daftar nama para teroris, hanya karena keduanya pernah ikut aksi protes menentang perang Presiden Bush di Irak.
Kedua biarawati yang juga tercatat sebagai aktivis anti-perang itu menerima surat pemberitahuan dari Kepolisian Maryland yang menyatakan bahwa nama mereka dimasukkan dalam daftar nama para teroris.
"Sebutan teroris merupakan tuduhan yang sangat serius. Kami sama sekali tidak pernah menginginkan untuk disebut sebagai teroris. Kami anti-kekerasan. Kami berdasar pada agama," kata Ardeth pada Washington Post, Jumat (10/10).
Nama Ardeth dan Carol, berada diantara 53 nama aktivis anti-perang yang juga dimasukkan dalam daftar teroris oleh pemerintah AS. Carol mengatakan, apa yang dilakukan otoritas AS itu adalah upaya untuk meredam kegiatan aktivis-aktivis perdamaian yang memprotes perang AS di Irak dan negara-negara lainnya.
Carol mengecam otoritas AS telah melanggar elemen-elemen demokrasi yang berlaku di negara itu. "Demokrasi dibangun di atas elemen-elemen dimana orang punya hak untuk menyuarakan apa yang diyakininya benar," tukas Carol.
Sekedar informasi, biarawati Ardeth dan Carol pernah dijebloskan ke penjara karena berhasil masuk ke lokasi misil di sebelah timurlaut Colorado dalam aski protes menentang perang AS di Irak dan Afghanistan.
Pemerintahan Bush menilai daftar teroris adalah salah satu alat paling efektif dalam kampanye "perang melawan teror"nya. Nama-nama orang yang dimasukkan ke daftar teroris, di kumpulkan oleh FBI dan daftar itu memberi wewenang bagi lembaga negara untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang dengan alasan keperluan keamanan. Beberapa diantara nama-nama itu ada yang masuk katagori dilarang ikut dalam penerbangan komersial, dilarang bepergian, boleh ditangkap atau menjalani pemeriksaan di bandara-bandara AS.
Menurut American Civil Liberties Union (ACLU), nama-nama yang masuk dalam daftar teroris pemerintah AS itu terus bertambah dan sekarang jumlahnya sudah mencapai satu juta orang. (ln/iol)