Kelompok oposisi Libanon kian melancarkan aksi tekanannya untuk menggulingkan pemerintah. Mereka berniat ingin melakukan cara lain sampai misinya terlaksana dan akan menggelar demonstrasi besa-besaran hari Ahad pekan ini.
Rencana ini dikeluarkan oleh kelompok oposisi dengan pernyataan, “Kami serukan kepada rakyat Libanon untuk terlibat secara massif dalam aksi demonstrasi di Beirut pada hari Ahad, dimulai jam 3 sore. Aksi ini dilakukan untuk membentuk sebuah momentum bersejarah sehingga tuntutan kita bisa lebih terdengar.”
BBC yang melansir berita ini menyebutkan bahwa kelompok oposisi Libanon juga menyerukan agar seluruh media massa dan berbagai bentuk sarana dan prasarana masyarakat dipersiapkan untuk mendukung aksi damai ini, sampai pemerintah jatuh. Pernyataan itu tidak menyebutkan rinci apa bentuk kongkrit dukungan yang dipersiapkan media massa.
Sementara itu, Dewan Tinggi Islam Syiah yang menghimpun para perwakilan dari Hizbullah dan Harakah Amal, meminta kepada Liga Arab dan negara Arab untuk netral dan tidak mendukung pihak tertentu dalam krisis politik di Libanon. Permintaan ini terkait dengan pernyataan Sekjen Liga Arab Amru Musa yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Beirut untuk mencari solusi terhadap krisis Libanon. Pemikiran yang terlontar dari Amru Musa antara lain, soal ketetapan Mahkamah Internasional dalam kasus pembunuhan mantan PM Libanon Rafiq Hariri dan perluasan pemerintahan Libanon dengan memberi sepertiga pemerintahan eksekutif kepada orang-orang yang tersingkir, dan pelaksanaan pemilu parlemen lebih awal.
Kelompok oposisi menghendaki pembentukan pemerintahan baru yang merupakan koalisi nasional dengan mengangkat syi’ar NAHNU (kami, dalam bahasa Indonesia), yang merupakan Nuriidu Hukuumat Nazhiifah (Kami ingin pemerintahan yang bersih).
Sementara PM Libanon Fouad Siniora mengatakan, pemerintahnya tidak akan tumbang akibat unjukrasa yang direncanakan kelompok-kelompok pro-Suriah. Dalam pidato di televisi, Siniora mengatakan, dia tidak akan bisa dipaksa turun dari jabatannya oleh aksi unjuk rasa massal.
"Kita tidak akan membiarkan kudeta terhadap sistem demokratik kami," katanya (na-str/bbc)