Oposisi Yaman menolak tawaran berunding yang ditengahi oleh Saudi untuk melakukan pengalihan kekuasaan, pada hari Kamis kemarin (14/4), dan menetapkan batas waktu dua minggu untuk Saleh menyingkir.
Menteri Luar Negeri Negara-Negara Teluk (GCC) mengatakan mereka akan mengundang Saleh, yang telah menghadapi aksi protes selama dua bulan menuntut pengunduran dirinya, dan lawan-lawannya untuk melakukan pembicaraan mediasi pada transfer kekuasaan. Namun, oposisi telah menolak tawaran berunding.
"Kami telah memperbaharui tekanan kami kepada Saleh untuk mempercepat proses (Saleh) mengunduran diri selama dua minggu. Oleh karena itu, kami tidak akan pergi ke Riyadh," kata Mohammed al-Mutawakkil, seorang pemimpin oposisi terkemuka.
Oposisi Yaman menolak pernyataan para menteri luar negeri (GCC) atas kerangka perundingan, yang sedianya berlangsung di Riyadh, dab dengan tegas menawarkan Saleh untuk menyerahkan kekuasaannya segera.
Sebelumnya, mereka bertemu para duta besar Arab Saudi, Oman dan Kuwait pada Selasa lalu meminta penjelasan sikap GCC tentang "pengalihan kekuasaan", yang tidak menentukan batas waktu pengunduran diri Presiden Abdullah Saleh.
Beberapa pemimpin oposisi telah mengisyaratkan bahwa perundingan dapat di mulai pada awal Sabtu, Mutawakkil mengatakan, menjelaskan apa yang ditawarkan oleh duta besar negara-negara Teluk dianggap belum memadai.
"Kami tidak menemukan adanya kata-kata yang tegas dari draft yang disampaikan oleh para duta besar dalam memenuhi tuntutan kami untuk pengunduran diri Saleh " kata Mutawakkil. "Tidak ada yang baru dari apa yang ditawarkan para duta besar negara GCC", tegas Muawakil.
Saleh telah menerima kerangka pembicaraan, sementara pemain kunci yang lain, Jenderal Ali Mohsen, keluarga dari Saleh yang unit militernya melindungi pengunjuk rasa di Sanaa, telah menyambut baik rencana GCC.
Sebuah transfer kekuasaan di Yaman secara teknis bisa dilakukan sampai pemilihan presiden berikutnya yang dijadwalkan untuk tahun 2013.(mh/wb)