Kelompok oposisi Suriah mengatakan telah mengambil langkah-langkah konkrit untuk menyatukan gerakan mereka, menghadapi rezim Bashar al-Assad, sesudah adanya tekanan internasional terhadap rezim Alawiyyin itu.
Kelompok oposisi Suriah yang berbeda-beda, mereka yang ada di dalam negeri, menyatakan akan bekerjasama membentuk sebuah "Front Bersatu" yang mencakup tokoh-tokoh oposisi yang lama, dan dari semua aliran dan latar belakang serta perwakilan dari dua kelompok oposisi utama.
Dalam sebuah wawancara minggu lalu dengan CBS News, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mendorong oposisi mengambil tindakan bersama-sama. Sementara itu HallaryClinton memuji para pengunjuk rasa Suriah mempertaruhkan hidup mereka, dan mengatakan, Menlu AS belum melihat oposisi yang terorganisir dalam menghadapi rezim al-Assad.
"Ada banyak kelompok oposisi," kata Clinton. "Tidak ada siapa yang bertanggung jawab kalangan oposisi. Kami sulit membantu gerakan oposisi di Suriah", ujar Clinton.
Clinton melihat banyaknya aliran politik dan kelompok dan agama di Suriah yang membuat kesulitan dalam memberikan dukungan kepada oposisi. AS mendorong oposisi bersatu", ujarnya. Pemerintah AS juga mendorong terciptanya demokrasi di Suriah, yang lebih bersikap inklusif, termasuk mengadopsi golongan Kristen, Druze, Alawiiyin, dan Sunni. "Itulah yang paling tepat bagi masa depan Suriah".
Sementara oposisi adanya fragmentasi, mereka mengatakan mencoba untuk memperhatikan seruan dari pemerintah AS, yang menginginkan adanya persatuan dari kalangan oposisi. Pada akhir Agustus, aktivis oposisi mengatakan, dua kelompok oposisi utama – Komite Koordinasi Lokal dan Koordinasi Uni Revolusi Suriah – secara resmi mengkonsolidasikan diri, dan menjadi satu kelompok oposisi utama yang disebut Dewan Nasional Suriah.
"Langkah selanjutnya kelompok-kelompok oposisi adalah penggabungan kekuatan, dan pembentukan sebuah koordinasi dewan nasional, dan mereka menyampaikan tuntutan mereka kepada dunia internasional," kata Ausama Monajed, seorang tokoh oposisi terkemuka Suriah berbasis di London dan Washington, bekerja sama dengan tokoh oposisi terkemuka di dalam negeri Suriah. "Kami fokus pada menciptakan Front persatuan oposisi yang akan menciptakan perubahan dan stabilitas pasca-Assad", ucapnya.
Clinton bertemu dengan anggota oposisi Suriah untuk pertama kalinya bulan lalu, namun beberapa aktivis Suriah mengatakan mereka telah bertemu dengan berbagai pejabat AS secara teratur. Pada hari Selasa, sekelompok aktivis Suriah dan pakar energi bertemu dengan pejabat pemerintah AS, dan menyampaikan penilaian tentang dampak sanksi AS terhadap minyak Suriah dan sektor gas akan ada pada rezim.
Nampaknya, AS ingin memainkan perannya yang lebih luas di Timur Tengah, yang sekarang menghadapi perubahan yang luas, dan AS ingin tetap memainkan peranan yang penting di kawasan itu. (mh/tm)