Situasi kemanusiaan yang mengerikan di Suriah telah memaksa oposisi Suriah pro barat untuk menerima dialog dengan rezim Presiden Bashar al-Assad, pemimpin oposisi, Moaz al-Khatib katakana kepada Al Arabiya pada Senin.
Oposisi menerima dialog dengan rezim Suriah didasarkan pada kondisi bahwa Presiden Assad harus menyerahkan kekuasaan, Khatib mengatakan bahwa “penderitaan kemanusiaan Suriah telah memaksa oposisi untuk memilih solusi tersebut.”
Menurut Khatib, “jika rezim menerima solusi politik tersebut, maka tidak ada perlunya kita untuk menutup pintu dialog.”
Pihak oposisi sebelumnya telah menolak setiap pembicaraan dengan rezim Suriah, namun menerima dialog sekarang adalah opsi yang baik karena situasi yang “rumit”, tambah al Khatib. tanpa menambahkan informasi lebih lanjut.
Dia mengisyaratkan Wakil Presiden Suriah Farouq al-Sharaa sebagai salah satu anggota rezim Assad, yang tangannya tidak “berlumuran darah,” untuk dapat membuka dialog.
“Hanya karena ia [Sharaa] merupakan bagian dari rezim tidak berarti bahwa kita tidak bisa berbicara dengannya. Saya meminta rezim untuk utus Sharaa, (jika rezim menerima), untuk melakukan pembicaraan dengan kami. ”
Sementara itu, Khatib bertemu dengan menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov serta Menteri luar negeri Iran Ali Akbar Salehi dalam pertemuan yang diadakan di sela-sela Konferensi di Munich pada hari Sabtu.
Di Munich, Khatib mengatakan bahwa “Rusia memiliki visi tertentu” untuk Suriah, tetapi ia mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Suriah tidak harus bergantung pada kekuatan besar untuk menemukan solusinya untuk negaranya sendiri.
Ketika bertemu Salehi, ia mengatakan bahwa oposisi telah mengirimkan pesan yang jelas bahwa oposisi tidak menciptakan konflik Sunni-Syiah di wilayah tersebut, dan berharap bahwa rezim Assad untuk lebih responsif dan bertindak “rasional” untuk meringankan dan meminimalkan kehancuran Negara akibat krisis ini. (Dz/Arabiya)