Jaksa Penuntut Umum Tunisia melemparkan tuduhan 30 orang yang diduga terlibat dalam aksi terror dan konspirasi terhadap pengamanan nasional Tunis. Penjatuhan vonis ini dilakukan di tengah semakin ketat dan intensifnya pihak pengamanan Tunisia melarang penggunaan jilbab dan symbol-simbol keagamaan yang muncul di kalangan para mahasiswa di Tunis.
Perang melawan jilbab di Tunis mencakup pelarangan penggunaan jilbab saat ujian berlangsung. Mereka menamakan aksi pelarangan ini dalam paket “Operasi Akhir Tahun Melarang Jilbab”.
Harian Asy Syuruq edisi Selasa (22/5) menyebutkan, “Tuduhan yang diarahkan kepada para tersangka adalah “konspirasi terhadap pengamanan nasional dan memprovokasi masyarakat untuk memunculkan kekacauan dan peperangan, serta pelanggaran pemilikan senjata. ”
Menurut harian tersebut, mereka ditangkap setelah terjadi kontak senjata di awal tahun ini, antara kelompok Salafiyah dan unit pengamanan Tunisia hingga mengakibatkan jatuhnya korban sebanyak 14 orang. Kontak senjata terjadi sekitar 40 km ke arah selatan ibukota Tunisia, Tunis. Pemerintah Tunisia saat itu mengatakan telah menangkap sejumlah orang dari kelompok Salafiyah dan mengumumkan, bahwa kelompok itu berencana melakukan aksi teror ke sejumlah kantor pemerintah. Sementara menurut para advokat Tunis, ada seribuan orang yang ditangkap oleh pemerintah dengan tudingan berencana melakukan aksi teror.
Sementara itu, Pemerintah Tunis masih terus melakukan perang terbuka yang lebih massif untuk melarang penggunaan jilbab dan berbagai symbol keagamaan yang belakangan marak muncul di kalangan mahasiswa. Dalam sejumlah laporan media massa disebutkan, pasukan pengamanan Tunis mengepung sebuah kampus di kota Shafaqus pada hari Jum’at (18/5). Mereka memaksa para mahasiswi melepas jilbab dan cadar ketika berada di dalam kampus. Peristiwa ini lalu memunculkan kontradiksi di kalangan mahasiswa hingga memicu terjadinya konflik antara mahasiswa dengan aparat keamanan pemerintah.
Menurut sejumlah sumber di kota Shafaqus, ada seorang mahasiswi yang terluka parah dalam insiden itu akibat serangan yang dilakukan pihak pengamanan. Koresponden Islamonline mengatakan bahwa perang terhadap jilbab di Shafaqus dilakukan beberapa waktu terakhir karena memang pemerintah memperketat pelarangan terhadap berbagai symbol keagamaan yang ada di kalangan mahasiswa. “Aksi pelarangan ini difokuskan di berbagai lembaga pendidikan, dan dikenal dengan “operasi akhir tahun terhadap jilbab”. (na-str/iol)