Olmert beretorika untuk melanjutkan ambisi penjajahannya atas Palestina. Dalam pidatonya beberapa jam setelah tembok perbatasan Rafah jebol, ia mengatakan bahwa Israel takkan membiarkan krisis kemanusiaan terjadi di Ghaza. Tapi, ia juga takkan pernah membiarkan penduduknya hidup dalam kondisi normal karena rudal para pejuang Palestina terus dilontarkan ke wilayah penjajah Israel. “Kami takkan membiarkan dalam kondisi apapun, terjadinya krisis kemanusiaan di Ghaza, ” ujar Olmert.
Kemudian dalam konferensi pers yang digelarnya di sela-sela Konferensi Tahunan Hertzel, ia mengatakan, ”Kami tidak akan memberikan bahaya dengan menyalurkan makanan pada anak-anak dan obat-obatan bagimereka yang memerlukanya. Juga bahan bakar bagi institusi yang menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi tidak mungkin bagi penduduk Ghaza hidup normal sementara rudal rudal dari jalan-jalan Ghaa tetap terlontar ke arah Israel dan jatuh ke wilayah Sadirut dan lainnya di Israel Selatan.”
Pernyataan Olmert itu dikeluarkan menyusul peringatan Menteri Pertahanan Israel Ehud barrack di Paris yang mengatakan bahwa Israel akan melanjutkan belenggu atas Ghaza selama orang Palestina terus menerus melontarkan rudalnya dari Ghaza ke arah Israel. Di sisi lain, Petinggi Departemen Pertahanan Israel mengatakan, “Israel akan memutus semua hubungannya dengan Ghaza setelah perbatasan Rafah terbongkar.”
Menurut Matan Filnay, wakil menteri pertahanan Israel kepada radio Israel, “Kita harus mengetahui bahwa ketika Ghaza terbuka dengan wilayah lain, maka kita telah kehilangan tanggungjawab atas Ghaza. Karena itulah kita akan memisahkan diri dari Ghaza.” Menurut Filnay, Israel yang telah menjajah Ghaza pada perang 1967, telah mulai memulai memutuskan hubungan denga Ghaza ketika akhirnya pasukan Israel diperintahkan untuk ditarik mundur dari Ghaza di tahun 2005. “Arti pemutusan hubungan dengan Ghaza adalah, kami ingin menghentian semua suplai listrik dan menghentikan saluran air dan pemberian obat-obatan ke Ghaza, ” ujarnya. (na-str/iol)