Presiden terpilih Barack Obama makin nyata menunjukkan keperbihakannya pada kaum Yahudi dan Israel. Berita terbaru menyebutkan bahwa Rahm Emanuel menerima tawaran Obama untuk menjadi Kepala Staff Gedung Putih.
Beberapa jam setelah dinyatakan menang dalam pemilu presiden AS kemarin, Obama menawarkan jabatan Kepala Staff Gedung Putih pada rekannya, sesama anggota Kongres dari negara bagian Illinois, Rahm Emanuel. Yang perlu dicatat, Emanuel dulu pernah berdinas di kemiliteran Israel.
Sumber-sumber di Partai Demokrat mengatakan, Emanuel kemungkinan besar menerima tawaran tersebut dan ia akan menjadi orang paling penting dalam lingkaran baru pemerintahan Obama. Ia berhasil menjadi orang dekat Obama lewat sahabat karibnya, David Axerold yang juga konsultan politik Emanuel. Sebelum masuk ke lingkaran Obama, Emanuel menjadi penasehat politik Bill Clinton, saat menjabat sebagai presiden AS.
Radio dan media massa Israel dalam laporannya menyebutkan bahwa Emanuel yang lahir di daerah pendudukan Yerusalem, pernah bertugas di kemiliteran Israel sebagai relawan dan pernah ditempatkan di wilayah utara Israel saat Perang Teluk 1991. Ayah Emanuel adalah bekas tentara Irgun, tentara bawah tanah bagian dari gerakan kelompok Yahudi ultra-nasionalis yang melakukan perlawanan terhadap pasukan Inggris dan mengusir orang-orang Palestina menjelang terbentuknya negara ilegal Israel pada tahun 1948.
Ketika menjadi penasehat di pemerintahan Clinton, Emanuel dikenal sebagai ahli strategi dan dipandang sebagai salah satu arsitek kebijakan-kebijakan kontroversial AS.
"Saya adalah orang yang dikenal temperamental, pendendam, suka bicara keji dan kejam. Dan itulah yang selalu dikatakan ibu saya yang suka membual tentang diri saya," kata Emanuel dalam kesempatan makan malam bersama dengan para wartawan setahun lalu.
Israel tentu saja senang mendengar kabar Obama akan menunjuk Emanuel sebagi kepala staff Gedung Putih-nya. Surat kabar Israel Maariv dalam headlinenya bahkan menyebut Emanuel sebagai "Orang kami (Israel) di Gedung Putih."
"Jelas dia akan memberikan pengaruh yang besar pada presiden agar lebih pro-Israel," kata ayah Emanuel pada surat kabar Maariv.
Sementara situs Israel Ynet menulis, "Emanuel adalah seorang pro-Israel dan tidak akan mau menerima tawaran jabatan itu kecuali dia yakin bahwa presien terpilih Obama juga pro-Israel." (ln/aby)