Presiden Barack Obama mengecam keras hal yang disebutnya sebagai serangan yang melampaui batas atas Konsulat Amerikat Serikat di Benghazi, Libya.
Dalam serangan Selasa (11/09) malam tersebut, Duta Besar AS, John Christopher Stevens, tewas bersama tiga warga Amerika lainnya.
“Saya mengecam keras serangan yang melampaui batas atas fasilitas diplomatik kami di Benghazi,” tutur Presiden Obama dalam pernyataan resmi, Rabu 12 September.
Keempat warga Amerika itu, menurut Obama, menekankan komitmen Amerika Serikat atas kebebasan, keadilan, dan kemitraan dengan bangsa dan warga dunia.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat sudah menegaskan akan bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri untuk meningkatkan keamanan di fasilitas diplomatiknya di seluruh dunia.
“Kami mengikuti insiden yang tragis ini dari dekat bersama Departemen Luar Negeri. Kami siap mendukung Departemen Luar Negeri dengan segala cara,” jelas juru bicara Departemen Pertahanan, Letkol Steven Warren.
Sementara itu Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton, mengatakan korban yang tewas memiliki komitmen untuk membantu rakyat Libya mencapai masa depan yang lebih baik.
Pihak berwenang Libya mengatakan serangan Selasa malam itu dilakukan oleh para pengunjuk rasa yang marah karena beredarnya film yang dianggap menghina Nabi Muhammad.
Para penyerang membawa senjata api dan granat berpeluncur roket membakar gedung Konsulat AS di Benghazi, yang merupakan kota kedua terbesar di Libya setelah ibukota Tripoli.
Ketua Majelis Nasional Libya, Mohammed Magarief, sudah menegaskan para penyerang akan dibawa ke pengadilan.
“Kami tegaskan bahwa tidak akan ada yang bisa bebas dari hukuman dan penyelidikan,” katanya dalam konferensi pers, Rabu 12 September, yang disiarkan langsung oleh saluran TV Al Jazeera.
Dia juga menyampaikan permintaan maaf kepada Amerika Serikat sehubungan dengan serangan atas Konsulat AS.
Magarief berjanji bahwa semua warga asing di Libya akan mendapat perlindungan dari pemerintah dan aparat keamanan Libya.(fq/bbc)