Obama Menang, Pasar Bursa Makin Memburuk

Kemenangan Barack Obama yang diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi bursa saham ternyata tidak terbukti. Pasar bursa di Asia dan Amerika malah terjun bebas, yang makin memicu kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi di seluruh dunia.

Indeks bursa saham Nikkei, Jepang merosot 5,7 persen pada Kamis tengah hari, setelah sehari sebelumnya mencapai indeks tertinggi sejak 15 Oktober lalu, karena naik sebesar 4,5 persen.

Perdagangan di bursa saham Australia juga melemah lebih dari 3 persen pada sore hari, padahal dalam perdagangan pagi hari indeks bursa saham di Australi sudah menurun tajam.

Penurunan tajam juga terjadi di bursa saham Korea, yang merosot lebih dari empat persen di perdagangan awal dan di Indeks bursa saham China yang turun lebih dari tiga persen. Kondisi serupa juga terjadi di Wall Street dan saham-saham industri Dow Jones yang terjerebab sampai lebih dari lima persen.

Setelah enam minggu mengalami kelesuan, pasar berharap dengan terpilihnya Barack Obama sebagai presiden baru AS akan menggairahkan kembali situasi pasar. Namun yang terjadi justru sebaliknya, sehingga sejumlah investor kehilangan kepercayaan dan pasar makin mengkhawatirkan resesi ekonomi dunia yang sudah di depan mata.

"Pasar tak bereaksi positif. Kita benar-benar berada dalam resesi yang sangat buruk," kata Ryan Larson, kepala perdagangan saham di Voyageur Asset Management.

Sejumlah analis juga mengatakan, situasi pasar makin tidak menentu, menyusul laporan departemen perburuhan yang akan dirilis hari Jumat mendatang, yang isinya mengatakan bahwa jumlah pengangguran akan meningkat.

Kekhawatiran akan perkembangan sektor finansial sebenarnya sudah mencuat setelah Goldman Sachs memperingatkan bahwa sudah ada 3.200 orang di seluruh dunia yang kehilangan pekerjaannya. Perampingan tenaga kerja dilakukan sebagai bagian dari rencana besar pengurangan tenaga kerja di sektor investasi perbankan sebesar 10 persen yang diumumkan bulan Oktober kemarin.

Para analis juga mengatakan, pasar masih menunggu kebijakan-kebijakan Obama dan bertanya-tanya siapa yang akan dipilih Obama sebagai menteri keuangan dan bagaimana komposisi kabinet Obama.

"Pesta sudah selesai. Sekarang saatnya kita melihat realtitas … Obama berada dalam situasi dimana ia kurang berpengalaman dalam menangani krisis ekonomi yang sangat serius, sejumlah perang AS dan masalah terorisme. Betul-betul sebuah pekerjaan yang berat," kata Al Goldman, kepala strategi pemasaran di Wachovia Securities di St. Louis.

Sejumlah analis setuju, Obama harus memprioritaskan upaya untuk menanggulangi krisis finansial di dalam negeri dan menjelaskan program-programmnya untuk mengimplementasikan paket bantuan ekonomi yang sudah disahkan Kongres AS sebesar 700 milyar dollar.

Pendapat berbeda dilontarkan Max Fraad Wolff, profesor bidang ekonomi di New School University di New York. Ia mengatakan, kaitan antara pergerakan pasar dan kemenangan Obama, sangat kecil.

"Saya tidak yakin antara keduanya saling memberikan pengaruh yang besar, juga dengan isu-isu ekonomi utama yang dihadapi AS dan dunia," ujarnya. (ln/aljz)