Obama Kecam Ancaman Suriah yang Akan Gunakan Senjata Kimia

Obama Kecam Ancaman Suriah yang Akan Gunakan Senjata Kimia

Presiden Barack Obama memperingatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad bahwa pemerintahannya akan dimintai pertanggungjawaban jika menggunakan senjata kimia.

Berita terkait

Ia berbicara setelah Damaskus mengatakan senjata kimia akan digunakan jika ada serangan asing.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengatakan gagasan menggunakan senjata kimia adalah sesuatu yang “tercela.”

Pertempuran terjadi di Aleppo, dimana pasukan pemberontak mengklaim mereka telah menguasai sebagian wilayah kota itu.

Ada pula laporan-laporan yang tidak dapat dikonfirmasi dari para aktivis di kota Homs bahwa pasukan keamanan mengancam akan menyerbu penjara pusat di kota itu.

Ancaman kimia

Reaksi internasional yang tajam itu datang beberapa jam setelah juru bicara kementerian luar negeri Suriah Jihad Makdissi memberikan pengakuan implisit pertama dari Damaskus bahwa mereka memiliki simpanan senjata kimia.

Senjata itu disimpan dengan aman, kata dia, dan Suriah tidak akan pernah menggunakannya untuk melawan rakyat mereka sendiri tetapi hanya dalam “kasus agresi asing”. Dalam upaya untuk tetap mengaburkan keberadaan senjata itu, ia kemudian menulis di akun Twitternya “jika memang ada.”

AS dan Israel telah menyatakan keprihatinan mengenai nasib persenjataan Suriah, dengan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu berbicara mengenai “ancaman besar” bahwa gudang-gudang senjata akan jatuh ke tangan kelompok Syiah Islam Lebanon, Hezbollah, yang bersekutu dengan Presiden Assad.

Departemen Luar Negeri di Washington mengatakan kemungkinan penggunaan senjata semacam itu “sangat tidak bisa diterima.”

“Mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh komunitas internasional dan AS, mereka akan membuat kesalahan tragis dengan menggunakan senjata-senjata itu,” tambah Presiden Obama.

Wartawan BBC Kim Ghattas di Washington mengatakan para pejabat AS menolak membahas detil rencana darurat terkait senjata kimia Suriah tetapi mereka telah mengakui bahwa Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton membahas isu tersebut dalam kunjungan ke Israel pekan lalu.(fq/bbc)