Presiden Barack Obama berhadapan dengan Israel, dan Obama kalah menghadapi lobi Israel di Washington. Ujian yang pertama kalinya bagi Obama, ketika ia akan memillih Charles Freeman Jr, menjadi Ketua Dewan Intelijen Nasional (NIC). Pilihan Obama ini mendapatkan penolakan dari kalangan lobi Yahudi. Kekalahan Obama ini, sudah dari awal dapat diprediksi, karena Charles Freeman Jr, pernah menjadi Dubes AS di Arab Saudi.
Betapa sangatlah lemahnya Obama, ketika ia harus berhadapan dengan lobi Yahudi, yang sudah mengakar di Washington, dan bagaikan penyakit kanker yang sudah mengganas, seperti setiap presiden AS, tak mampu menghadapinya, dan mesti tunduk dengan lobi Yahudi.
Charles Freeman Jr, mempunyai beragam latarbelakang, seperti pertahanan, diplomasi, dan intelijen, yang sebenarnya sudah sesuai dengan usulan Obama, khususnya untuk jabatan sebagai Ketua Dewan Intelijen Nasional (NIC). Namun, yang terjadi adalah sebaliknya, di mana Obama gagal mempertahankan calon Ketua NIC yang baru, Charles Freeman Jr. Pencalonan itu, atas usulan dari Dennis Blair, yang menjabat Direktur Intelijen Nasional, sebagai satu-satunya calon kepada Obama.
Namun, pencalonan Charles Freeman Jr itu, dibocorkan oleh Kepala Staf Gedung Putih, Ramh Emanuel, yang menjadi controversial, dan menyebabkan terganggunya pemerintahan Obama. Atas peristiwa itu, Charles Freeman Jr, lalu mengundurkan diri dari pencalonannya.
“Saya tidak percaya Dewan Nasional Intelijen dapat berfungsi dengan efektif, sementara kursi jabatan itu berada dibawah serangan oleh orang-orang jahat dengan gairah dari faksi yang politik luar negeri”, ujar Freeman Jr.Tidak mudah mempertahankan posisi di Dewan Intelijen Nasional, sementara itu, di bawah Menlu Hillary Clinton, dipenuhi dengan lobi Yahudi, seperti Abrams, yang sekarang menjadi Deputi Menlu. Mereka menginginkan agar kebijakan intelijen nasional AS, tetap mendukung kepentingan Israel. Pengunduran diri ini juga menandakan kemenangan lobi Israel, yang menginginkan Ketua Dewan Intelijen Nasional (NIC) diisi oleh orang ‘Israel’, dan ‘luar negeri’ diisi dengan ‘Israel. Maka, dua lembaga yang strategis di pemerinahan Obama, tentu akan diisi oleh orang ‘Israel’.
Obama tidak mungkin akan mengubah polisinya di Timur Tengah, selama ia masih tunduk kepada lobi Yahudi di Washington. Karena itu, kegagalan mengangkat Charles Freeman Jr itu, sudah menunjukkan sebenarnya pemerintahan Obama sudah lumpuh, ketika menghadapi barisan lobi Yahudi di Washington. Dan, tiga tahun yang lalu, Profesor Stephen Walt dan John Mearheimer, menulis tentang ‘The Israel Lobby dan Us Foreign Policy’, mempunyai pengaruh yang luas, dan pandangan-pandangannya banyak dinikmati orang, khususnya kalanan cendikiawan Israel. Tidak pernah ada suara yang mengkritik lobi Yahudi, seperti AIPAC, yang terkenal itu.
Chales Freeman Jr, pernah menjadi Dubes AS di Arab Saudi, tahun l989-l992, pengalaman di bidang diplomasi sangatlah panjang. Dan, mempunyai tugas yang cukup baik, menjembatani antara kepentingan Washington dengan Riyad. Karena, lama di Riyad inilah kalangan lobi Yahudi, menolak pencalonan Freeman Jr, yang akan ditunjuk menjadi Ketua Dewan Intelijen Nasional (NIC) itu.
Menanggapi sikap lobi Israel itu, Charles Freeman menegaskan : “ Israel sedang berkendaraan menuju jurangnya sendiri”, ungkapnya. Sebenarnya, ia bukan menentang Israel, tapi Freeman mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan,yang berkaitan dengan kepentingan AS, khususnya dalam membangun hubungan dengan negara-negara Arab.
Kemungkinan yang akan menggantikan posisi Charles Freeman Jr adalah Dennis Ross, yang sangat pro-Israel, yang sekarang ini menjadi penasehat khusus Hallary tentang Iran. Pilihan Dennis Ross ini sesuai dengan keinginan Ramh Emanuel, yang lebih dekat Partai Likud, yang sekarang ini sedang fokus terhadap Iran. Mungkin jalan menuju langkah militer yang akan diambil Likud, yang akan menggunakan tangan AS. (m/alhyt).