Presiden terpilih AS Barack Obama belum lagi resmi masuk Gedung Putih, belang kelompok Yahudi di AS mulai kelihatan. Mereka mendesak Obama untuk segera memindahkan kedutaan besar AS di Tel Aviv ke kota suci Yerusalem.
"Presiden Obama suka menggunakan kata ‘perubahan’. Inilah waktu untuk perubahan itu. Sekaranglah saatnya untuk menunjukkan dukungan pada Israel dengan cara memindahkan kantor kedubes AS ke sini (Yerusalem)," kata Presiden Persatuan Yahudi Ortodoks, Stephen Savitsky.
Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibukotanya, sementara dunia internasional tidak pernah mau mengakui penguasaan Israel atas Yerusalem, kota Palestina yang direbut dan dikuasai Zionis Israel sejak tahun 1967.
Jika Obama mengabulkan permintaan kelompok Yahudi AS itu, maka AS akan menjadi satu-satunya negara yang memiliki kantor diplomatik di Yerusalem. Namun menurut mantan duta besar Israel untuk AS, Danny Ayalon, jika AS memindahkan kantor kedutaan besarnya ke Yerusalem maka langkah itu akan diikuti oleh negara lainnya.
Desakan agar AS memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem sudah dilakukan sejak tahun 1999 lewat undang-undang The Jerusalem Embassy Act. Namun Presiden George W. Bush dan pendahulunya Presiden Bill Clinton melakukan penundaan atas implementasi undang-undang tersebut setiap enam bulan.
Kantor Berita Jewish Telegraphic Agency (JTA) melaporkan, upaya untuk mendesak Obama agar memindahkan kedubes AS ke Yerusalem menjadi salah satu agenda konvensi Persatuan Yahudi Ortodoks yang saat ini sedang berlangsung di Yerusalem.
Sekitar 100 anggota Persatuan Yahudi Ortodoks AS sejak Kamis kemarin berkumpul di sebuah lokasi yang berdasarkan keputusan Kongres tahun 1995, lokasi itu ditetapkan sebagai tempat kedubes AS di Yerusalem Barat.
Masih menurut laporan JTA, para peserta Kongres itu merancang sebuah petisi yang isinya mendesak Israel agar menentang dan menolak segala bentuk usulan atau rencana untuk menyerahkan wilayah Yerusalem pada negara asing manapun. (ln/aby)