Minggu depan akan digelar Konferensi Dunia Menentang Rasism 2009, di Durban, Afrika Selatan. Konferensi Menentang Rasism, juga akan diselenggarakan di Jenewa (Swiss), 20-24 April mendatang. Sementara itu, Israel dan Kanada sudah menyatakan memboikot konferensi itu. Konferensi Dunia Menentang Rasism itu, nampaknya akan menjadi ramai, dan penuh dengan perdebatan, karena semakin menggejala praktek-praktek rasisme, terutama yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Pemerintah AS, terutama Presiden Obama, belum menentukan sikap, dan masih bersifat ‘wait and see’, dan sikap ini tersirat dari Departemen Luar Negeri AS, yang masih belum menentukan sikap. Apakah AS akan mengirim delegasi atau tidak dalam konferensi itu? Presiden Obama masih bersikap hati-hati, ketika akan menentukan sikapnya. Karena, lobby Yahudi, tidak menghendaki AS berpartisipasi dalam Konferensi Durban II, karena dikawatirkan konferensi di Durban itu, menjadi ajang kecemanan terhadap Israel. Sejauh ini, pernyataan Deparlu AS, hanya mengirimkan setingkat diplomat untuk hadir di Durban II, yang akan berlangsung pekan depan.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Israel, menyatakan : “Saya pikir pemerintah Israel sependapat dengan sikap yang diambil oleh Presiden Obama dan Menlu Hallary, yang tidak ingin mengambil bagian dalam Konferensi Durban II, jika konferensi itu menjadi ajang anti Semit”, kata Eitan Levon. Dalam hal ini, pemerintah AS, tak dapat bersikap objektif, terutama dalam mensikapi kasus Israel, yang sudah benar melaksanakan politik rasisme, dan apartheid, seperti yang dipraktekkan oleh rejim apartheid di Afrika Selatan, di bawah Ian Smith.
“Jika anda melihat pernyataan resmi Deparlu AS, mengatakan akan meninjau kebijakan, tingkat partisipasinya di konferensi menentang praktek rasisme yang akan berlangsung di bulan April, di Jenewa, tidak akan ada yang bisa dicapai dalam konferensi itu”, tambah Eitan.
Usaha-usaha lobby yang dikalangan di Israel untuk menggagalkan konferensi yang menentang rasisme, yang akan berlangsung di Durban dan Jenewa, nampak jelas, terutama penolakan Amerika, yang tidak ingin berpartisipasi dalam konferensi itu, karena dikawatirkan menjadi ajang anti Semit, yang berasal dari negara-negara Arab. Israel membujuk AS dan Uni Eropa agar resolusi konferensi di Durban dan Jenewa, tidak mencapai hasil yang maksimal, yang mengarah kepada kejahatan rasisme yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Di masa pemerintahan Bush, jelas-jelas menolak Konferensi Durban I, dan tidak mengirimkan utusannya sama sekali. Namun, keputusan resmi AS dalam konferensi Durban II belumlah final, Hallary Clinton masih ragu-ragu, dan Dubes AS di PBB, Susan Rice, yang bekulit hitam, yang mendorong Obama bergabung dengan Dewan Ham, dan telah mengeluarkan kecemannya terhadap genoside Israel di Palestina, juga menginginkan agar AS ikut hadhir di Durban II. Sementara itu, Samanta Power, Penasehat Obama di bidang Keamanan Nasional, mendorong Obama agar berpartisipasi di dalam Konferensi Durban II di Afrika Selatan.
Lobby Israel tidak ingin AS di bawah Obama ikut serta dalam konferensi yang menentang praktek-praktek rasisme, yang pasti akan mengorbankan kepentingan Israel di Palestina dan Timur Tengah, dan ini sangat merugikan bagi masa depan hubungan Israel dan AS. Sementara itu, kampanyenya Obama berbicara tentang langkahnya yang ingin mengembalikan moral AS, di forum internasional, dan masyarakat dunia. (m/hrtz)