Kandidat Menlu Baru Turki : Dinasti Utsmani Akan Kembali Berjaya

Harian Turki Hurriyet edisi Ahad (26/4) kemarin mengabarkan, rencana reshuffle kabinet Turki yang akan dilakukan oleh PM Erdogan dalam waktu dekat bisa dipastikan akan merubah struktur kementrian negara itu secara signifikan.

Salah satu perubahan struktur tersebut adalah dialih-posisikannya Menteri Luar Negeri Turki Ali Babacan oleh Ahmet Davut Oğlu (Ahmad Dawud Oglu) yang kini menjabat penasihat Erdogan.

Sementara itu, Ali Babacan, yang kini masih menjabat Menlu Turki, akan dipindahkan ke posisi Menteri Ekonomi, menggantikan Mehmet Simsik.

Oğlu adalah politisi kawakan Turki yang juga penasihat utama PM Turki dalam bidang politik luar negeri. Beberapa kebijakan luar negeri Turki saat ini ditengarai banyak terpengaruhi oleh strategi-strategi Oğlu.

Semenjak Oğlu memegang jabatan penasihat PM Turki, beberapa kebijakan luar negeri Turki tampak lebih megemuka di kancah internasional. Sebab itulah, oleh media-media Arab, Oğlu kemudian dijuluki sebagai Arsitek Politik Luar Negeri Turki (Muhandis as-Siyasah al-Kharijiyyah at-Turkiyyah).

Oğlu rupanya hendak menjadikan Turki kembali "mewarisi" keagungan imperium Utsmani (Ottoman) Turki yang pengaruhnya malang melintang di sasah konstelasi global.

Dalam sebuah wawancara dengan televisi Aljazeera sekitar sebulan silam, terkait beberapa manuver kebijakan luar negeri Turki, secara tegas Oğlu menyatakan jika "kami (Turki) tidak ingin hanya menjadi pengikut, apalagi penonton konstelasi global, tetapi kami juga harus menjadi pemimpin, kami harus mengendalikan beberapa arah kebijakan dunia."

Selain terkenal sebagai politisi senior, pria kelahiran Konya 1959 ini juga dikenal sebagai sosok diplomat ulung, akademsi, penulis, dan professor yang cemerlang. Beberapa bukunya, semisal "The Impact of Islamic and Western Weltanschauungs on Political Theory", "The Civilizational Transformation and The Muslim World", "Osmanlı Medeniyeti: Siyaset İktisat Sanat", dan lain-lain, banyak dijadikan rujukan kajian politik, utamanya politik Islam.

Semenjak Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)-nya menguasai pemerintahan Turki pada 2002 silam, dunia Islam sedikit banyak mulai menaruh harapan baru kepada negara tersebut. Oleh banyak kalangan pengamat, Turki dibawah AKP-nya dipandang sebagai prototipe negara Muslim ideal masa depan, bahkan digadang-gadang sebagai calon pemimpin negara-negara Islam yang dapat mewujudkan perubahan signifikan.

Kebijakan penempatan Oğlu pada posisi Menlu Turki oleh Erdogan tampaknya tidaklah berlebihan. Setelah tampuk Kemenlu Turki dipegang Oğlu nanti, kebijakan politik luar negeri Turki diprediksi akan kian memanuver dan menggoncang, yang, semoga saja bukan semata berpengaruh untuk kepentingan dan kebaikan Turki, tetapi juga bagi negara-negara Muslim di seluruh dunia. (L2/AGS)